Rini Janji Revitalisasi PG

Rini Janji Revitalisasi PG

Petani Tebu Alami Kerugian Besar-Besaran LEMAHABANG - Para petani tebu di Kabupaten Cirebon mengadu langsung kepada Menteri Negara BUMN Rini M Soemarno saat berkunjung ke PG Sindanglaut, Jumat pagi (15/10). Mereka mengadukan nasibnya yang beberapa tahun ini mengalami kerugian, bahkan tahun 2015 ini lebih parah. Selain ditutupnya PG Karangsuwung juga, masih banyak kerugian lain dari segala sektor yang dialami para petani tebu. Rendemen yang sangat rendah juga jadi pemicu kerugian para petani tebu. Sehingga saat ini banyak petani tebu yang meninggalkan menanam tebu. Salah satu petani tebu asal Karangsuwung, Dudi mengatakan bahwa dirinya setiap tahun mengalami kerugian dan tahun ini puncaknya. Rendemen yang sangat rendah, juga produksi tebu turun hingga 70 persen. Beredarnya gula impor di pasar dalam negeri membuat gula lokal tersungkur. Itu karena pemerintah mengizinkan impor tapi tidak pernah lakukan kontrol. “Silakan impor gula, asal diawasi dan jangan sampai produk impor tersebut lari ke pasaran,” ujar Dudi. Menteri BUMN Rini M Soemarno kepada Radar mengatakan bahwa sangat diperlukan kekompakan antara pabrik gula (PG) dengan para petani untuk mengakhiri krisis tebu ini. Pada tahun 2014 RNI rugi besar. Yang harus dipikirkan adalah meningkatkan kesejahteraan petani dengan meningkatkan pendapatan petani dan PG secara bersama-sama. Seperti di PG Sindanglaut ini tidak memiliki tanaman sendiri tapi tergantung kepada tebu rakyat, otomatis ini harus kerjasama erat. “Tentunya pada masa giling harus mendapatkan rendemen yang seoptimal mungkin, oleh karena itu PGnya itu harus dilakukan revitalisasi,” ujar Rini. Diakuinya, pemerintah sedang menggalakkan swasembada gula dalam negeri sehingga diperlukan kerja sama PG dan petani tebu. Jika pendapatan petani cukup, otomatis petani akan mau menanam tebu. Banyak petani tebu meninggalkan menanam tebu karena merugi. Menurut Rini ada beberapa PG yang akan dilakukan revitalisasi menggunakan PMN (Penyertaan Modal Negara) sehingga bisa menghasilkan rendemen yang diinginkan oleh para petani tebu. PMN ini untuk revitalisasi pabrik. “Nah sekarang sedang dianalisa apakah betul revitalisasi lebih baik. Apakah lebih baik akhirnya kita membangun pabrik baru,” ucapnya. Terkait PG Karangsuwung yang ditutup, Rini berjanji pihaknya akan kembali menganalisa terkait efek buruk dan positif jika PG Karangsuwung dibuka kembali. Permasalahannya memang tidak ada bahan bakunya. Sementara itu, Direktur Rajawali 2 RNI Grup Agus kepada Radar mengatakan bahwa ada beberapa PG yang akan direvitalisasi. PG Sindanglaut termasuk pabrik yang belum tersentuh revitalisasi, sehingga perlu dilakukan revitalisasi. Revitalisasi PG ini bertujuan untuk meningkatkan rendemen tebu yang selama ini selalu rendah. “Urutan yang saya buat adalah tahun depan itu untuk di Subang, tahun 2017 di Tersana. Bila ada dana yang cukup dengan PG Sindanglaut bareng. Karena dari ketiganya itu menghabiskan dana Rp520 miliar,” terang Agus. Menurut Agus, revitalisasi PG bisa menaikkan rendemen mencapai 1,5 poin. Berdasarkan pengalaman revitalisasi di Jawa Timur, rendemen meningkat minimal 0,5. Bila diimbangi dengan penataan tebu di kebun bisa tambah satu poin. Saat ini rendemen di PG Sindanglaut hanya 7,2. “Jadi menurut saya rendemen 8 itu masih sangat mungkin diraih, apalagi penataan di kebunnya,” ujarnya. Diakuinya, penutupan PG Karangsuwung itu karena terus merugi. Total tebu yang digiling tidak mencukupi, gilingnya cuma 120 hari sehingga tidak ekonomis. Secara keseluruhan PG Rajawali 2 mengalami kerugian hingga ratusan miliar rupiah. Tahun kemarin rugi Rp294 miliar rugi, sekarang Rp98 miliar. Untuk bisa bangkit dari keterpurukan, butuh 15 ribu hektare lahan tanam tebu. Sekarang yang tersedia baru 8.000 hektar, tentu jauh dari yang dibutuhkan. “Kalau bisa dapat 15 ribu hektar saya yakin pabrik gula akan sehat,” pungkasnya.(den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: