Gabung TPP Demi Investasi dan Ekspor

Gabung TPP Demi Investasi dan Ekspor

JAKARTA - Peringkat daya saing Indonesia yang masih kalah dibanding negara-negara tetangga, membuat pemerintah harus memutar otak agar Indonesia tetap menarik di mata investor. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, salah satu yang bakal ditempuh Indonesia adalah bergabung dalam Trans-Pacific Partnership (TPP) yang dimotori Amerika Serikat (AS). ‘’Agar investasi tetap masuk dan ekspor kita makin mudah,’’ ujarnya kemarin (29/10). Sebagaimana diketahui, dalam laporan Doing Business 2016 yang dirilis Bank Dunia Rabu lalu (28/10), Indonesia berhasil naik 11 setrip ke peringkat 109. Namun, pering­kat kemudahan berusaha di Indo­nesia ini masih kalah jauh dibanding negara-negara tetang­ga seperti Singapura di pering­kat 1, Malaysia 18, Thai­land 49, Brunei Darussalam 84, Viet­nam 90, dan Filipina 103. Artinya, Indonesia harus berupaya lebih keras untuk menggaet investor. Jika tidak, investor akan memilih menanamkan modalnya di negara dengan karakteristik mirip seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang memiliki iklim bisnis lebih baik dibanding Indonesia. Menurut JK, Indonesia tidak hanya bersaing menggaet kompetitor, namun juga harus bersaing merebut pasar ekspor. Jika tidak bergabung dengan TPP, maka produk-produk Indonesia tidak akan mendapat fasilitas kemudahan dan keringanan tarif saat masuk ke negara anggota TPP seperti Amerika Serikat (AS) yang merupakan salah satu tujuan utama ekspor Indonesia. ‘’Kalau tidak bergabung, kita tidak akan mendapat keistimewaan (kemudahan ekspor, Red), dan makin sulit mengekspor ke banyak negara,’’ katanya. Apalagi, pada 5 Oktober 2015, 12 negara telah menandatangani kemitraan dalam skema TPP, yakni Amerika Serikat, Jepang, Australia, Brunei Darusalam, Kanada, Cile, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Dari sisi geopolitik, niat AS membentuk TPP ini adalah untuk membendung pengaruh Tiongkok di kawasan Pasifik. Karena itu, saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Washington DC Senin lalu (26/10), Presiden Barack Obama mengajak Indonesia untuk ikut bergabung dalam TPP. Ajakan itu lantas disambut dengan baik oleh Presiden Jokowi yang menyatakan Indonesia siap bergabung dengan TPP. Meskipun, dari dalam negeri, sikap itu masih menjadi pro kontra. Sebab, selama bertahun-tahun, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu menolak ajakan AS untuk bergabung dalam TPP. Salah satu suara penolakan dilontarkan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Politikus Partai Gerindra itu menilai, Indonesia belum siap masuk dalam skema perdagangan bebas karena industri yang belum kompetitif. ‘’Sehingga kalau masuk TPP Indo­nesia akan menjadi pasar saja karena industri kita kalah bersaing,’’ ucapnya melalui keterangan resmi. Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai bergabungnya Indonesia dalam TPP akan menguntungkan dari sisi investasi. Sebab, kata Deputi Perencanaan Penanaman Modal BKPM Tamba Huta­pea, investor yang men­yasar pasar AS, Jepang, Kanada, dan anggota TPP lainnya, bakal lebih sena­ng berinvestasi di Indonesia karena nanti produk ya­ng dieskpornya menda­pat keringanan tarif. ‘’Mi­sal­nya (produk) min­yak goreng, makanan dan minuman, tekstil, serta sepatu,’’ sebutnya. Khusus untuk tekstil dan sepatu atau alas kaki, salah satu pesaing utama Indonesia di pasar ekspor adalah Vietnam, negeri yang sudah lebih dahulu bergabung dengan TPP dan memiliki peringkat kemudahan investasi lebih baik dibanding Indonesia. Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Edi Wijanarko mengatakan, selama ini AS merupakan salah satu pasar utama ekspor sepatu dan alas kaki asal Indonesia. ‘’Porsi ekspor produk kita ke AS mencapai 30 persen,’’ ujarnya. Sementara itu, Ekonom yang juga Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati menyatakan, pemerintah harus melakukan kajian mendalam terkait untung rugi bergabung dalam TPP. Sebab, konsekuensi dari skema perdagangan bebas adalah produk-produk asing pun lebih gampang masuk ke Indonesia. Sebab, dengan free trade agreement (FTA) atau perjanjian perdagangan bebas yang ada saat ini, neraca dagang Indonesia justru selalu defisit. ‘’Berarti ada salah, mungkin karena industri kita belum kompetitif,’’ katanya. Enny menyebut, jika bergabung dengan TPP, maka produk yang diuntungkan adalah sepatu atau alas kaki dan tekstil karena akan lebih kompetitif dengan produk kompetitor dari Vietnam yang sudah masuk TPP. Selain itu, produk CPO juga akan diuntungkan karena bisa bersaing dengan CPO Malaysia yang juga sudah bergabung dengan TPP. ‘’Tapi untuk produk lain, harus dikaji, lebih banyak diuntungkan atau dirugikan,’’ ucapnya. (owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: