Alwy Mencintai Cirebon dengan Caranya Sendiri
CIREBON- Syubbanudin Alwy berpulang. Sastrawan dan budayawan Cirebon itu tutup usia di RS Sumber Wasar Ciwaringin Senin malam (2/11) sekitar pukul 20.30 WIB. Kepergiannya untuk selama-lamanya meninggalkan duka yang dalam bagi masyarakat Cirebon. Terutama mereka yang dekat dan terbiasa dengan budayawan yang terkenal dengan topi buntutnya itu. Eva Nurarovah, istri Alwy, begitu tegar saat berbincang dengan koran ini. Dengan penuh keyakinan, Eva menceritakan almarhum suaminya adalah sosok yang \'keras kepala\'. \"Beliau itu keras kepala kalau sudah menyangkut sastra. Beliau ingin mencintai Cirebon dengan caranya sendiri,\" ujarnya. \"Beliau sangat pelit dengan waktunya untuk sendiri, lebih banyak membantu orang lain, termasuk dalam membuat karya sastra. Ada beberapa karya sastra yang belum rampung bareng rekannya,\" tambahnya. Sebagai istri seorang budayawan dan sastrawan yang aktif, Eva berharap siapapun yang tahu, yang kenal, ataupun yang belum kenal Alwy, agar tetap istiqomah. \"Beliau itu guru untuk kita semua. Yang penting siapapun tetap istiqomah berkarya, mencintai Cirebon dengan budaya yang ada,\" pesannya. Sementara Nissa Rengganis, salah satu penyair Cirebon pun turut berduka dengan kepergian Alwy. Nissa sempat menjenguk Alwy di rumah sakit malam itu. \"Setiap Kang Alwy masuk RS, saya selalu nengok. Jam 8 malam saya posisi di RS, setengah jam kemudian Kang Alwy meninggal,\" ceritanya. Sebagai salah satu orang terdekat Alwy, Nissa merasa kehilangan. Nissa mengaku baru bertemu Alwy dan sempat berbincang di acara diskusi. \"Tiga hari aku ketemu kang Alwy di Gotrasawala. Sempat foto bareng dan beliau nampak sehat,\" tuturnya. Menurutnya, Alwy adalah sosok yang sangat keras kepala dalam menjaga budaya literasi di Cirebon. Pertemuan Nissa dengan Nissa sejak 2011, saat dirinya merasa gelisah dengan keringnya Kota Cirebon dalam hal sastra. \"Saya mengenal Kang Alwy dari banyak perbincangan sastrawan dari kota lain. Bagi saya Kang Alwy bukan hanya penyair, ia adalah inspirasi dari puisi itu sendiri. Saya sebagai anak muda merasa malu dengan semangat dan kegigihan kang Alwy yang tetap konsisten berada di dunia kesusastraan,\" ungkapnya. Kiprah Alwy di dunia sastra Cirebon sangat berpengaruh. Ia dan rekan-rekannya mendirikan Lingkar Studi Sastra Cirebon untuk mewadahi para sastrawan di Cirebon. Sejumlah prestasi dan penghargaan pun sudah diraih, yang terbaru adalah penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai pelestari bahasa daerah pada tahun 2011 dan 2012, dari Keraton Kenoman sebagai pelaku budaya dan sastra tahun 2010. \"Aku dan kang Alwy pernah sama-sama hadir di Jakarta International Literary festival 2011 untuk sama-sama membacakan puisi kita,\" kenangnya. Sementara ibunda Alwy, Hj Aminah menceritakan kondisi putra pertamanya itu sebelum meninggal. Aminah bercerita, Alwy sempat dibawakan ke RS Sumber Waras. Kondisi Alwy pun sempat membaik karena menghadiri acara diskusi di salah satu hotel Cirebon. \"Minggu siang masuk rumah sakit lagi, ditemani istrinya dapat kabar Alwy kok tidur gak bangun-bangun, ternyata koma dan sampai meninggalnya,\" ujarnya. Alwy meninggalkan satu orang istri dan tiga orang anak. Jenazah Alwy rencananya dimakamkan di tempat pemakaman umum Desa Bendungan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Selasa (3/11) siang ini bada dhuhur. (mik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: