Ingin Praktis, Sistem Tebas Naik Daun
SUKRA– Memasuki musim panen di wilayah pantura Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar), tukang tebas padi marak berkeliaran. Bukannya dijauhi, keberadaan tukang tebas yang datang dari sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu dan Subang ini justru diharap-harapkan para petani. Pasalnya, mereka berani membeli padi dengan harga tinggi kendati hasil panennya belum diketahui. “Untuk panen gadu ini kita berani bayar dengan harga tinggi,” kata Rusnaya, tukang tebas asal Pusakajaya, Kabupaten Subang, kepada Radar, Rabu (4/11). Patokan harga tebasan padi, sebut dia, memperhatikan sejumlah hal yaitu produktivitas sawah, upah panen dan angkutan gabah. Untuk tebas padi dengan kualitas gabah bagus, harganya maksimal Rp30 juta perbau atau 8 ribu meter persegi dengan taksiran hasil panen sebanyak 6-7 ton. Sedangkan gabah dengan kualitas sedang harganya dikisaran Rp25 juta/bau. Harga tersebut tergolong tinggi dibanding musim panen rendeng yang di kisaran Rp18-20 juta/bau. Diungkapkan Rusnaya, saat ini banyak petani yang memilih jual padi dengan sistem tebas. Sebab dengan menjual padi di lokasi kepada mereka, petani cepat menerima uang. Sistem tebas juga dinilai lebih praktis dibandingkan memanen sendiri karena petani tidak perlu lagi memikirkan tentang biaya panen hingga pascapanen. Apalagi selisihnya penghasilan antara sistem tebas dengan sistem panen sendiri tak terlalu tinggi. ”Jadi sebenarnya jika dipanen sendiri ataupun dijual sistem tebas maka selisih keuntungannya bagi petani lebih sedikit,” tuturnya. Nana tukang tebas padi lainnya mengaku tergiur untuk membeli gabah dari para petani dengan cara tebasan, yaitu membeli padi dengan cara taksiran padi masih di sawah. Apalagi, hasil panen musim gadu saat ini terbilang bagus. Meski membeli dengan harga mahal, penebas tetap bisa untung. “Asal taksiran cermat, kita bisa untung. Tapi kalau penaksirannya sembarangan bisa terjadi padi yang didapatkan tidak sesuai dengan hitungan awal,” ungkapnya. Menurutnya, dalam sistem tebas padi, petani dan penebas akan sama-sama untung. Petani merasa untung karena biaya yang dikeluarkan untuk merawat padi sudah lebih dari cukup. Petani asal Kecamatan Sukra, Dirta membenarkan, fenomena jual padi dengan sistem tebas kini makin marak. Menjamurnya tukang tebas sangat menguntungkan petani. Karena saat mereka bersaing, harga beli gabah di lapangan bisa naik tajam. “Tapi tergantung padinya juga. Kalau kualitasnya bagus, harganya bisa mahal dibeli sama tukang tebas. Tapi rata-rata mereka mau beli gabah dengan harga yang cukup memadai,” kata dia. Dengan sistem tebas, terang bapak tiga orang anak ini, petani tidak direpotkan dengan biaya memanen, menjemur sampai memasarkan gabah. Apalagi diperkirakan, masa panen padi masih berlanjut sampai datangnya musim penghujan nanti. Kondisi bakal menambah kesulitan petani untuk menjemur gabah. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: