Kekeringan, Petani Panen Batu Bata

Kekeringan, Petani Panen Batu Bata

INDRAMAYU– Kekeringan yang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Indramayu berdampak buruk terhadap sektor pertanian. Sebagian petani berupaya untuk mendapatkan air dengan berbagai cara, namun banyak juga petani yang pasrah menerima keadaan. Sebagai solusinya, petani di Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, memilih untuk memanfaatkan tanah yang ada untuk membuat batu bata. Seperti yang dilakukan Darsono (46). Ia pasrah karena kondisi sawah yang mengering akibat tidak teraliri air. Saat ini ia memilih untuk beralih menjadi perajin batu bata untuk menghidupi keluarganya. “Lumayan saja daripada nganggur. Saya membuat batu bata untuk dijual kepada siapa saja yang mau, dan harganya juga cukup murah,” ungkap Darsono, kepada Radar, Kamis (5/11). Darsono mengungkapkan, tanah untuk bahan baku batu bata banyak tersedia di bantaran Sungai Cimanuk. Sungai yang mengering membuat perajin batu bata bisa memanfaatkan tanah dari daerah aliran sungai. Selanjutnya, tanah yang sudah dicetak dibakar untuk kemudian dijual. “Satu buah dihargai Rp600. Satu kali pemesanan ada yang sampai 1.000 batu bata, lumayan untuk membantu perekonomian keluarga. Apalagi saya harus menghidupi istri dan beberapa anak yang masih kecil,” tutur dia. Selain di Desa Plumbon, perajin batubata juga banyak terlihat di Kecamatan Sindang, Balongan, Sliyeg, hingga Jatibarang. Mereka pada umumnya memilih untuk menjadi perajin batu bata, untuk mengalihkan kekecewaan akibat gagal panen. Bahkan di bawah Jembatan Sungai Cimanuk, tepatnya di Desa Terusan, Kecamatan Sindang, puluhan warga memanfaatkan tanah untuk membuat batu bata. Menurut Ketua RT setempat, Duliman, di musim kemarau yang berkepanjangan ini memang banyak warga yang memanfaatkan tanah di tepian kali untuk membuat batu bata. Sebab, hanya hal itu yang bisa dilakukan selama sawah masing mengering. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: