Majelis “RM” Tersandung SMS Cabul

Majelis “RM” Tersandung SMS Cabul

Kerap Kirim Pesan Singkat Berbau Porno kepada Jamaah Perempuan CIREBON - Nama Majelis Renel Mareta (RM) tiba-tiba membuat heboh masyarakat. Para orang tua dibuat cemas dan khawatir terhadap keselamatan anaknya yang mengikuti pengajian di Jl Pembangunan XI Desa Sutawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon itu. Pasalnya, sang pimpinan diduga kerap mengirim pesan singkat berbau cabul kepada jamaah yang rata-rata siswa perempuan. Atas dasar temuan para orang tua itulah, kemudian mereka laporkan ke Aliansi Masyarakat Amar Makruf Nahi Munkar (Almanar). \"Dari SMS itu kami menilai sudah ada penodaan agama. Karena dia mengaku ustad seharusnya mengajari Islam, ini malah mengajarkan masalah porno dan seks,\" ungkap Koordinator Aliansi Masyarakat Amar Makruf Nahi Munkar (Almanar), Andi Mulya sambil membeberkan bukti SMS tersebut, Sabtu (26/12). Menurut Andi, awal mula dirinya kedatangan orang tua korban, karena mereka meminta bantuan untuk mengawal, membantu, menyikapi dan menelusuri ajaran dari Renel Mareta yang dianggap sudah menyimpang. Laporan itu diterima sejak satu bulan yang lalu. Rata-rata orang tua korban mengeluhkan anaknya yang biasa rajin sekolah berubah menjadi malas. Mereka juga harus pulang malam karena mengikuti majelis. \"Perilakunya banyak yang berubah, tadinya baik cium tangan ke orang tua, menjadi melawan ke orang tua,\" ucap Andi. Dari sana timbul kecurigaan para orang tua korban, dan memeriksa handphone anak-anaknya. Kemudian menemukan pesan singkat bernada cabul tersebut. Andi juga menyebut anak-anak korban pernah dirukyat di masjid At-Taqwa sampai menangis di hadapan orang tuanya. Namun karena berkomunikasi lagi dengan majelis itu, akhirnya perilakunya berubah lagi. Karena ada kecurigaan itu, majelis pun dipindah yang tadinya di masjid ke rumahnya. Dari pengakuan korban yang mengikuti ajaran tersebut belum ada menunjukan pelecehan seksual. Hanya saja dari ortu, kecurigaan pelecehan seksual sudah terlihat dari sms yang dikirimkan. \"Saya sendiri sudah ke lokasi ingin tahu tempatnya, tapi belum bergerak. Karena belum ada bukti dan belum ada fatwa MUI,\" ucap Andi. Hanya saja, Andi sudah menilai perbuatan Renel Mareta sudah menjurus pada penodaan agama yang memunculkan kesesatan. Pihaknya kemudian menindaklanjuti ini dengan melaporkan ke MUI Kabupaten Cirebon. Dirinya mendorong agar korban dan orang tuanya  bisa hadir memberikan kesaksian di MUI untuk memperjelas permasalahan ini. Selain itu, Andi juga menilai ada perusakan citra khilafah. Karena majelis dalam jamaah tersebut menggunakan istilah khilafah. \"Saya minta aparat bisa bertindak, kalau didiamkan bisa pindah ke tempat lain. Buktikan secara hukum bahwa ini sudah ada perusakan generasi muda,\" jelas Andi. Wakil Kepala SMAN 2 Kota Cirebon Bidang Humas Mumun Maemunah membenarkan bahwa ada siswa SMAN 2 yang diduga terlibat majelis taklim Renel Mareta. \"Katanya sih iya, tapi yang ikut pengajian bukan hanya dari SMAN 2 aja,\" ujarnya kepada Radar, Sabtu (26/12). Terkait jumlah siswa yang terlibat pada pengajian tersebut, Mumun tak bisa memastikan. Ia hanya menerima laporan dari beberapa orang saja. \"Persisnya kurang tahu ,karena pengajian dilaksanakan bukan jam sekolah dan tempatnya bukan di SMAN 2. Kita tidak punya data yang tepat. Kalau yang lapor ke SMAN 2 hanya beberapa orang saja,\" tuturnya. Sementara itu, dari pengakuan Lutfi, salah seorang jamaah majelis Renel Mareta, tidak ada hal yang menyimpang dari ajaran dan nasehat dari majelis tersebut. Lutfi juga membantah adanya pelecehan seksual dari Renel Mareta kepada para jamaah perempuan. Selama ini, dia mengaku sudah mengikuti majelis itu sejak setahun yang lalu. \"Tidak ada sama sekali yang menyimpang, dan tidak ada pelecehan seksual,\" ucap pelajar kelas III SMA itu. Dia menjelaskan, dirinya mengikuti majelis itu karena diajak oleh Renov, adik Renel Mareta yang berada di sekolah yang sama. Dari sana, ia mulai mengenal dan dekat. Bahkan dia menyebut Renel Mareta dengan panggilan Abang. Sebenarnya ada juga memanggil ustad dan bapak. \"Saya tidak hanya ikut di satu majelis, selama ikut tidak ada yang menyimpang,\" ucapnya. Biasanya dirinya bersama belasan siswa lain, mengikuti majelis itu bertempat di Masjid Ar-Rahman dan Nurul Iman yang berada di Kompleks Perumahan Pembangunan. Namun, sejak isu aliran sesat mencuat, majelis berpindah tempat. \"Yang kami dapatkan ajaran itu sama seperti majelis lain, kita membahas fikih, tafsir Quran dan Hadits. Kita juga banyak mendapatkan nasehat mengenai kehidupan dan cara bersosialisasi,\" ucapnya. Sepengetahuan dirinya, Renel Mareta dikenal sebagai pribadi yang ramah dan santun kepada semua orang. Dia juga pandai bersosialisasi dengan masyarakat. Sehingga dirinya tidak percaya dengan adanya isu tersebut. “Sejak isu itu ada, kami disuruh untuk berhenti dulu, mencari majelis lain untuk pengajian,\" sebutnya. Tidak Dibolehkan Jadi Khotib Jumat Di lain sisi, Yanto, salah seorang warga RT 3 RW 7 Sutawinangun menjelaskan sosok Renel Mareta yang dulu pernah menjadi seorang pemusik. Namun, sejak kuliah ke Jakarta, Renel banyak berguru dan mengikuti pengajian dari banyak tokoh. \"Memang di sini (Masjid Ar-Rahman, red) sering ceramah, isi ceramahnya biasa saja, standar yang dibahas soal neraka dan surga, tidak ada yang menyimpang,\" ucap pria yang juga bertempat tinggal tak jauh dari masjid tersebut. Pihaknya sudah mengetahui adanya isu tersebut sejak satu bulan yang lalu. Setelah itu, segala bentuk aktivitas keagamaan yang melibatkan sang ustad pun dihentikan dari masjid. \"Saya juga bingung, sesatnya kenapa,\" tanyanya. Ketua DKM Ar-Rahman, Ahmad Kastolani mengaku pihaknya pernah mendapatkan laporan dari orang tua yang menanyakan perihal majelis Renel Mareta. Kebetulan, orang tua siswa memang kenal baik dengannya. \"Dia menanyakan karena anaknya sering pulang malam ke saya, apa benar ada majelis pengajian,\" ucapnya. Hanya saja, setelah itu tidak ada lagi laporan. Sehingga dirinya menganggap permasalahan sudah selesai. \"Ya ada orang tua yang menanyakan karena pengajian sampe malem, jadi pengaruh ke anak-anak sekolah,\" ucapnya. Dirinya juga tidak mengetahui adanya dugaan pelecehan seksual dari Majelis Renel Mareta. \"Ya bisa jadi mungkin, karena dia kan masih muda dan ganteng. Tapi kalau ajarannya saya juga belum tahu persis,\" ujarnya. Pada kesempatan itu, Kastolani membenarkan bahwa Renel pernah aktif dan mengisi kegiatan, bahkan sempat menjadi khatib salat Jumat di Masjid Ar-Rahman. Namun demikian, setelah ramai isu tersebut pihaknya kemudian menyetop segala bentuk aktivitas dan mencoret Renel dari daftar khatib salat Jumat. “Sudah lama gak aktif di masjid sekitar tiga bulanan. Isunya kan lumayan santer. Sejak beredar kabar, saya juga tidak pernah lihat anaknya. Dia kecil di sini, besar di Jakarta dan ketika saya tanya, di Jakarta dia sempat belajar ngaji juga, anaknya baik tidak neko-neko,” katanya. Dikatakan Ahmad, dalam setiap kesempatan bermajelis, Renel selalu membawa alat perekam video dan merekam setiap kegiatannya serta meng-upload hasilnya ke media sosial youtube. Kepolisian Sudah Periksa Ortu Jamaah Terpisah, Kapolres Cirebon Kota AKBP H Eko Sulistyo Basuki SIK SH MH melalui Kasat Reskrim AKP Dadang Sudiantoro SH MH mengatakan, pihaknya sudah proaktif menangani permasalahan tersebut. Dia mengaku belum menerima laporan secara resmi, karena orangtua para siswa baru berkonsultasi. Namun demikian, pihaknya sudah memeriksa sejumlah orangtua, siswa dan beberapa pihak terkait masalah tersebut sampai dengan memvisum sejumlah siswi untuk kepentingan penyelidikan. “Masih kita dalami. Kita juga nunggu fatwa dari MUI untuk langkah selanjutnya. Kita ada sedikit kendala dari keterangan sejumlah siswa yang saat diperiksa masih nampak tertutup. Rata-rata para orangtua mengeluh anaknya setelah ikut pengajian ataupun majelis tersebut sering membantah perintah orangtua,” paparnya. (jml/dri/mik)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: