Susahnya Pulangkan Drogba

Susahnya Pulangkan Drogba

MELIHAT Didier Drogba duduk di samping Guus Hiddink sebagai asisten pelatih tidak semudah yang dibayangkan. Semua terbentur dengan kontrak Drogba bersama salah satu klub di Major League Soccer (MLS), Montreal Impact sampai akhir tahun ini. Chelsea disebutkan media-media di Inggris sudah mendekati Impact untuk niatan memulangkan Drogba itu. Akan tetapi, klub peringkat tujuh di klasemen akhir tahun 2015 lalu itu tetap bersikukuh mempertahankan striker Pantai Gading tersebut untuk musim 2016. ’’Sudah ada komunikasi dengan Didier Drogba dan Chelsea. Di posisi ini, kami akan melakukan apapun untuk mempertahankan Drogba agar tetap di Impact pada tahun 2016 nanti,’’ tulis klub yang bermarkas di Quebec itu dalam akun Twitter resminya. Padahal, apabila melihat statistiknya striker berusia 37 tahun itu tidak termasuk jajaran top skor MLS 2015 seperti Sebastian Giovonco yang main di Toronto FC. Kontribusinya paling kelihatan hanya sebagai pencetak gol di klub. Dengan 14 caps-nya untuk Impact, 12 gol dibukukannya. Klub yang dimiliki Joey Soputo itu menilai Drogba bisa semakin ganas tahun 2016 ini. ’’Itu yang jadi tujuan obyektif kami, sesuai dengan durasi kontraknya juga. Kami bisa memahami niatnya untuk mantan klubnya itu,’’ lanjut Impact. Drogba dikontrak Impact pada musim panas tahun lalu dengan nilai gaji per tahunnya mencapai USD 3,5 juta (Rp 48,3 miliar) dengan durasi 18 bulan. Telegraph melaporkan, Drogba akan mengundurkan diri demi untuk posisi di samping Hiddink. Akan tetapi, itu bertentangan dengan klausul kontrak. Sesuai kontrak, Drogba bisa melanggar kontraknya jika dia pensiun. Chelsea harus mengejar kesepakatan dengan pihak MLS. Sebab, bukan klub yang memegang kontrak pemain, tapi MLS. ’’Walaupun itu sulit,’’ tulis Telegraph. Mengapa Hiddink ngotot ingin Drogba duduk bersamanya dengan dua asisten lain Steve Holland dan Eddie Newton? Pengalaman Hiddink saat jadi pelatih pengganti di Chelsea 2009 silam Drogba cukup membantunya dalam mengendalikan dressing room. Selain Drogba, Frank Lampard dan John Terry yang membantunya selama tiga bulan di Stamford Bridge. Hasilnya, setelah badai pergantian di kursi pelatih, Chelsea masih bisa menjuarai Piala FA dan finish di peringkat ketiga Premier League. Dilansir ESPN, faktor itulah yang tidak didapatkan Hiddink di masa periode keduanya menjadi tukang reparasi The Blues. Adanya Terry pun juga tidak berdampak apapun. Makanya, dengan adanya Drogba dia pun ingin ada efek yang sama. Dressing room Chelsea bisa terkendali. ’’Kadang saya bandingkan dengan saat itu (tahun 2009), dan jujur saya ingin itu kembali,’’ ungkapnya. ’’Sekarang, selama latihan saya terus menasihati pemain-pemain ini, ayolah, jadi seorang pemimpin,’’ tegasnya. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: