Harga Kapal Miliaran Rupiah, Arsiteknya Hanya Lulusan SMP

Harga Kapal Miliaran Rupiah, Arsiteknya Hanya Lulusan SMP

Melihat Aktivitas Pembuatan Kapal Nelayan di Indramayu Indramayu merupakan daerah yang memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan. Tak heran sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Kalau kita berkunjung ke wilayah pantura Indramayu, pasti akan melihat banyaknya kapal nelayan, baik ukuran kecil, sedang maupun besar. Mungkin tidak banyak yang tahu, siapa sebenarnya yang menciptakan kapal-kapal tersebut? Utoyo Prie Achdi, Indramayu Melintasi jalan raya menuju Pelabuhan Karangsong, Kabupaten Indramayu dari arah Karangturi, kita bisa melihat sejumlah pekerja tengah membuat kapal nelayan di sisi kiri dan kanan jalan. Mungkin tidak banyak yang tahu, kalau harga kapal nelayan tersebut mencapai miliaran rupiah. Juga tidak ada yang menyangka kalau arsitek dibelakangnya hanya berpendidikan SMP saja. Penulis juga terkejut ketika mendengar penjelasan dari salah seorang pemilik kapal H Suwarto, yang menjelaskan bahwa untuk membuat sebuah kapal besar berukuran 92 GT (gross ton), dibutuhkan biaya hingga Rp6 miliar. Itu sudah termasuk dengan berbagai macam perlengkapannya. “Kalau untuk membuat kapalnya saja, biaya yang kita keluarkan berkisar Rp2 miliar hingga Rp2,5 miliar untuk kapal ukuran 92 GT. Kalau dengan perlengkapannya semua bisa mencapai 6 miliar,” jelasnya. Dikatakannya, untuk membuat kapal ia biasa mendatangkan bahan baku berupa kayu Merbau yang memiliki diameter cukup lebar. Kayu yang dibeli masih dalam bentuk gelondongan tersebut biasanya didatangkan dari Batang (Jawa Tengah), Surabaya, atau Cirebon. Setelah kayu gelondongan tersebut dipotong menjadi papan, maka siap untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal nelayan. “Untuk satu buah kapal ukuran besar, biasanya dibutuhkan kayu hingga 50 ton,” kata H Suwarto H Suwarto mengungkapkan, dalam membuat kapal ia sudah memiliki “arsitek” langganan yaitu Calim (40), warga Pasekan, Kabupaten Indramayu. Meski hanya bermodalkan pengalaman dan turunan dari orangtua, hasil kerja Calim ternyata sudah terbukti berkualitas. Tak heran ia banyak dipercaya oleh para juragan kapal yang ingin memesan kapal nelayan. “Saya juga salut dengan mang Calim. Tanpa berbekal pendidikan khusus dan hanya memakai perasaan, ia bersama para pekerja mampu membuat kapal nelayan yang cukup besar dan kuat,” ungkap dia. Sementara Calim mengaku tidak memiliki pendidikan khusus untuk bisa merancang pembuatan kapal nelayan. Ia mengaku hanya belajar dari orangtuanya, yang memang ahli membuat kapal. “Saya sudah lama bekerja seperti ini. Seingat saya sejak lulus SMP saya sudah membantu orangtua membuat kapal, dan sampai saat ini masih tetap seperti ini,” ujarnya malu-malu. Calim mengungkapkan, untuk membuat satu buah kapal ukuran besar (92 GT) dibutuhkan waktu antara lima hingga enam bulan untuk menyelesaikannya. Namun hal ini juga tergantung jumlah pekerja yang ikut di dalamnya. Kalau dengan sepuluh pekerja, ujarnya, maka pembuatan kapal bisa selesai dalam waktu enam bulan. “Kalau yang ikut kerja sedikit, kadang bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk membuat satu buah kapal,” ujarnya. Ditambahkan Calim, selama ini ia membuat kapal nelayan hanya ketika diminta oleh pemesan atau juragan kapal. Jadi, ia hanya merencang dan mengerjakan pembuatan kapal, sementara bahan baku berupa kayu dan lain sebagainya disediakan oleh pemesan. Ia juga mengaku baru bisa memenuhi pesanan untuk juragan lokal Indramayu, dan belum sampai keluar daerah. “Untuk meladeni pesanan dari wilayah Indramayu saja saya masih kewalahan, jadi boro-boro mau keluar daerah,” pungkasnya. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: