Petani Dipastikan Terlambat Tanam

Petani Dipastikan Terlambat Tanam

Suplai Air Belum Merata, Banyak Sawah Belum Diolah INDRAMAYU– Petani di Kabupaten Indramayu dipastikan mengalami terlambat tanam. Menurut jadwal yang ditetapkan Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Indramayu, seharusnya saat ini petani sudah menanam padi. Sementara pantauan Radar di lapangan, sebagian besar areal persawahan masih belum diolah sama sekali. Sementara sebagian lainnya ada yang sudah mulai dibajak Sejumlah petani juga terlihat mulai mengolah tanah, sebagai tempat pendederan bibit tanaman padi. H Yonif (50), salah seorang pemilik sawah di Desa Pengauban, Kecamatan Lelea mengungkapkan, keterlambatan tanam kali ini disebabkan belum siapnya air untuk mengairi sawah-sawah. Akibatnya petani masih belum berani melakukan penanaman. “Kami tentunya masih belum berani melakukan penanaman, karena kondisi air yang belum memungkinkan,” ujarnya. Ia juga berharap hujan di Indramayu bisa segera turun, agar persoalan air bagi para petani bisa tertangani. Meski demikian, ia juga mengaku khawatir akan terjadinya banjir ketika musim hujan tiba. “Kita memang serba bingung. Mau menanam sekarang belum ada air, sementara kalau menunggu hujan takut kebanjiran seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya. Kekhawatiran juga diungkapkan Wisad (57), petani Desa/Kecamatan Juntinyuat. Sebagian besar petani di wilayah timur Indramayu juga belum memulai musim tanam, akibat kondisi air yang belum terjamin. Meski demikian, beberapa orang petani sudah ada yang mulai mengolah tanah sebagai persiapan menghadapi musim tanam. Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan luas tanam padi mencapai 100 ribu hektare selama musim tanam Oktober 2015-Maret 2016 secara nasional. Hal itu diyakini bisa tercapai karena Kementan telah melakukan kontrak pengadaan lebih awal, terutama untuk pupuk dan benih. Amran mengatakan, pengadaan barang dan jasa yang lebih awal tersebut difokuskan untuk mendukung upaya khsusus percepatan swasembada padi, jagung, dan kedelai (upsus pajale). Pengadaan dan distribusi alsintan pascapanen sangat penting, termasuk percepatan dan perluasan tanam, peningkatan kualitas produksi, dan mengurangi kehilangan hasil. Rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 2,4 juta hektare dan alat mesin pertanian yang telah didistribusi pada 2015 menjadi investasi penting untuk mendukung penyediaan air. Harapannya, bisa terjadi peningkatan produksi pada musim tanam musim hujan 2015/2016 serta musim kering I-II 2016. Belum lagi, pencetakan sawah baru seluas 200.600 hektare pada 2016 akan menopang perluasan areal dan peningkatan produksi. Dia juga mengatakan, karena kontrak pengadaan dilakukan lebih awal, pupuk dan benih bersubsidi diharapkan dapat disediakan dan didistribusikan tepat waktu dan jumlah. Dengan begitu, realisasi penyerapan pupuk dan benih bersubsidi dapat ditingkatkan. “Sekarang hujan sudah merata, bahkan banjir di Jawa Timur. Petani sudah bisa menanam. Luas real tanam kami targetkan bisa 100 ribu ha per hari selama musim tanam Oktober 2015-Maret 2016, mudah-mudahan tercapai,\" kata Amran di Jakarta. Sekjen Kementan Hari Priyono mengakui, kemarau yang melanda 2015 menyebabkan musim tanam Oktober 2015-Maret 2016 tertunda. Karena itu, Kementan melakukan semua langkah upsus untuk mempercepat penanaman. Perkiraan memang Januari ini hujan relatif merata. Sebab, Desember 2015 belum hujan di beberapa daerah. “Sekarang, para dirjen ada di lapangan untuk mendorong percepatan tanam. Januari ini sangat menentukan, karena kemarin delay akibat kemarau, musim hujan ini kami mau kejar, luas tanam Januari ini bisa 3 juta ha,\" kata dia. (oet/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: