Simpang Tiga Perjuangan Tak Berlampu Merah

Simpang Tiga Perjuangan Tak Berlampu Merah

\"\"Sampai Kapan Menelan Korban? Kelakaan lalu lintas membuat nyawa tak berharga. Baru saja simpang tiga Perjuangan tak berlampu merah, merenggut jiwa Sita Permatasari siswi kelas XII, SMAN 7 Kota Cirebon. LALU lintas Jl Perjuangan yang bertemu dengan By Pass Brigjen Dharsono sangat padat. Sejak pagi sampai sore, bahkan malam. Karena itu, memerlukan perhatian ekstra dari pemerintah untuk menempatkan lampu merah mengatur ketertiban pengguna jalan. Kepala Bidang Lalu Lintas Dishubinfokom Kota Cirebon, Yudi Wahono mengatakan, sebenarnya keinginan memasang lampu merah di simpang tiga Perjuangan sudah diagendakan tiga tahun silam. Namun hingga kini belum terwujud karena persoalan dana. Mengingat jalur tersebut jalur nasional. Meski begitu, kata Yudi, pihak terkait sudah mulai mencoba mencari solusi agar jalur simpang tiga Perjuangan tidak lagi rawan kecelakaan. Apalagi sampai merenggut korban. “Nanti dirapatkan dulu untuk mencari solusi. Karena ini cukup dilematis. Harus ada pertimbangan dulu,” ujarnya, Rabu (22/2), ditemui Radar di ruang kerjanya. Pertimbangan memasang lampu merah di simpang tiga Perjuangan menjadi dilematis. Pasalnya, jelas Yudi, kepadatan di jalur tersebut tidak terjadi setiap waktu. Hanya waktu tertentu. Seperti jam berangkat dan pulang sekolah. “Itu kan padatnya hanya jam-jam tertentu saja. Tapi setidaknya nanti akan dicarikan alternatifnya seperti apa. Apakah diberi warning atau bagaimana,” paparnya. Tanu Hartoyo (42), pengendara yang setiap hari melewati simpang tiga Perjuangan menilai di jalur itu sudah sangat memerlukan lampu merah untuk mengamankan para pengendara. “Setiap mau berangkat kerja otomatis saya lewat situ. Perlu sekali traffict light (lampu merah). Walaupun kecil, tapi ini kan jalur padat atau jalur nasional,” kata Staff TU SMA Negeri 7 Cirebon ini. Di samping itu, menurut Tanu, Jl Perjuangan merupakan jalur pendidikan. Karena itu sudah seharusnya dipasang traffic light demi mengurangi angka kecelakaan. “Walaupun ramainya pada saat jam-jam tertentu dan pada malam hari sepi, tapi tetap harus ada. Seperti di perempatan Evakuasi dan Sunyaragi. Apalagi di sini, di perempatan Jl Perjuangan,” katanya. Sebagai pengendara yang setiap hari melewati perempatan Jl Perjuangan, Tanu justru sangat terbantu dengan adanya juru parkir sukarelawan yang biasa membantu para pengendara. “Saya malah lebih berterima kasih terhadap juru parkir yang biasa ada di simpang tiga Jl Perjuangan. Walaupun tidak setiap hari ada di situ, tapi sangat membantu kami para pengendara,” tuturnya. Seperti Tanu, Amelia Rizky Bachrie (20), mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon menginginkan adanya traffic light. Menurut Amelia, simpang tiga Perjuangan ramai dilewati pengendara menuju jalur pendidikan. Karena itu harus segera dipasang lampu merah demi menghindari terjadinya kecelakaan. “Sebetulnya kalau nggak banyak yang jadi korban kecelakaan, nggak terlalu perlu. Tapi karena memang sudah nggak kondusif, kalau nggak ada traffict light, mending pasang aja. Tinggal gimana caranya kalau pagi atau jam-jam kerja nggak macet,” paparnya. Data dihimpun Radar, ada 4 kasus kecelakaan yang terjadi di simpang tiga Perjuangan selama tahun 2011. Dengan penjabaran, Jumat (22/4), pukul 18.00 WIB, sepeda motor Honda Tiger, nopol E 5846 BF dengan  Yamaha Mio, nopol E 6877 AF, para korban mengalami luka ringan. Rabu (17/8), pukul 22.30 WIB minibus Opel Blazer, nopol E 1699 AY, dengan sepeda motor Yamaha Vixion E 2422 AR, korban mengalami luka berat. Pada Kamis (29/9), pukul 23.00 WIB, truk trailer nopol B 9656 IG, dengan truk trailer, nopol B 9044 JK, dan bus Desi Sri, nopol G 1432 BE. Dalam kejadian ini tidak ada korban luka. Hanya kendaraan mengalami rusak parah. Selanjutnya, Rabu (16/11), pukul 15.00 WIB, truk bernopol E 8168 PJ, menggilas penumpang yang turun dari kendaraan. Korban tewas di tempat. Sementara di tahun 2012, juga tercatat 4 kasus. Dengan penjabaran, Rabu (25/1), pukul 14.30 WIB, antara micro elf, nopol E 7748 KA dengan sepeda motor Yamaha Vega, nopol E 4071 BG. Para korban mengalami luka ringan. Sabtu (4/2), pukul 21.30 WIB, sepeda motor Honda Beat nopol E 6009 YZ, dengan Yamaha Jupiter E 3008 LI, satu korban meninggal dunia. Kamis (16/2), pukul 17.30 WIB, sepeda motor RX King, nopol E 4164 A dengan sepeda motor Honda, nopol E 2258 AM, kedua korban mengalami luka ringan. Terakhir, Selasa (21/2), pukul 06.30 WIB, sepeda motor Honda Vario, nopol E 2991 LK, dengan truk semen nopol E 8371 KB, mengakibatkan seorang pelajar SMA tewas di tempat. Kasat Lantas, Polres Cirebon Kota, melalui Kanit Dikyasa, Ipda Yuliana SAB Msi menjelaskan, ada empat faktor yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Yakni manusia, kendaraan, sarana dan prasarana, serta alam. Faktor manusia, dikatakan Yuli, yakni kemampuan mengemudi dan pengetahuan mengenai tatacara berlalu lintas yang baik. “Kalaupun manusianya sudah hat-hati, tetapi kendaraanya tidak laik jalan, tetap saja membahayakan,” ujarnya. Tak hanya itu, Yuli melanjutkan, sarana prasarana yang memadai sangat dibutuhkan untuk keamanan di jalan. Seperti adanya rambu lalu lintas yang jelas dan befungsi optimal. Marka jalan, dan kondisi jalan yang tidak berlubang. “Kalau untuk faktor alam memang sulit untuk dihindari. Seperti hujan, kabut, atau pohon yang menghalangi rambu sehingga yang mengganggu pandangan pengemudi,” paparnya. Yuli menjelaskan beberapa langkah antisipasi yang dilakukan pihak kepolisian untuk mencegah laka lantas. Seperti membuat mapping atau pemetaan lokasi rawan laka yang didasarkan pada jalan sempit atau turunan. Kemudian melakukan pemantauan dan mendata jalan yang rusak. Serta melakukan survei untuk lokasi rawan akan tetapi tanpa rambu. Terakhir meninjau lokasi pernah laka. “Dari hasil survei kami menghimpun beberapa titik padat yang dianggap rawan. Yaitu simpang tiga Jl Perjuangan, perempatan Kanggraksan, lampu merah arah Sunyaragi-Evakuasi dengan kondisi sempit dan berlubang, arah Kalitanjung-Evakuasi, serta area Fly Over Pegambiran,” paparnya. Yuli melanjutkan, kondisi di titik tersebut selain memerlukan perhatian, pengamanan, juga memerlukan rambu. Agar bisa mengurangi, bahkan menghilangkan angka kecelakaan. “Langkahnya kami akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Melaksanakan penegakkan hukum pada angkutan penumpang dan barang yang melebihi tonase. Melaksanakan sosialisasi, pembinaan dan penyuluhan kepada para pemilik bus dan sopirnya,” bebernya. Tak hanya itu, sambung Yuli, juga akan patroli rutin terhadap lokasi rawan kecelakaan. “Untuk simpang tiga Perjuangan, saat ini kami akan meluncurkan surat kepada Dinas Perhubungan, agar di lokasi tersebut dipasang traffict light,” pungkasnya. (adinda pratiwi/atin udhiatin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: