Gara-gara Arsip Imunisasi Hilang, asal Penyakit Difteri Sulit Dicari

Gara-gara Arsip Imunisasi Hilang, asal Penyakit Difteri Sulit Dicari

MAJALENGKA – Munculnya KLB Difteri di Kabupaten Majalengka membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) terus berupaya agar kejadian serupa tidak terulang. Dinkes melakukan rapat koordinasi bersama jajaran Puskesmas Ligung serta Komisi IV DPRD Majalengka, di aula Puskesmas Ligung, Senin (15/2). Kepala Dinas Kesehatan dr H Gandana Purwana MARS memaparkan kronologi satu pasien meninggal dunia akibat terjangkit bakteri difteri warga Blok Loji Kecamatan Ligung, serta delapan orang lainnya yang menjalani perawatan secara intensif di RSUD Gunung Jati Cirebon serta RSUD Majalengka dan RSUD Cideres. Hasil laboratorium dari Dinkes Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa delapan warga Ligung ditetapkan negatif difteri. Tetapi psikologis mereka terganggu lantaran sebelumnya ditempatkan di ruang isolasi. Menurutnya, itu semua merupakan prosedur yang harus dilaksanakan sambil menunggu hasil laboratorium. “Sekarang mereka bebas dari penyakit difteri, tetapi kami masih menyelidiki dari mana asalnya. Apakah dari lingkungan atau pembawa dari luar yang dipengaruhi kondisi status imunisasi korban Burhanudin tidak lengkap. Sehingga daya tahan tubuh yang kurang baik maka terjangkit bakteri difteri,” jelasnya. Pihaknya menjelaskan, jika tubuh manusia atau sistem kekebalan tubuhnya kuat maka dapat menangkal bakteri tersebut.  Hal ini didukung pula dengan imunisasi dasar lengkap dengan baik maka bakteri tersebut tidak bakal menyerang tubuh. Gandana menegaskan imunisasi lengkap sangat penting bagi masyarakat. “Di wilayah Ligung sendiri yang merupakan range utama munculnya kasus difteri tentu harus benar-benar diperhatikan. Kami berusaha memberikan imunisasi kepada penduduk, sehingga mudah-mudahan kedepan tidak terjadi lagi kasus serupa,” harapnya. Pihaknya menyatakan kesiapan dalam penanganan kasus tersebut. Dua rumah sakit milik Pemda Majalengka juga harus menyediakan ruang isolasi. Di samping itu, terkait berubahnya Majalengka menjadi kota metropolitan dengan hadirnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) maka akan muncul banyak wisatawan dan orang asing yang bukan tidak mungkin membawa sejumlah bakteri ke kota angin. “Maka dua rumah sakit itu harus benar-benar mempersiapkan sarana dan prasarana terutama menyediakan ruang isolasi. Pihak kami juga sudah meminta anti difteri serum (ADF) guna mengantisipasi apabila kemudian terjadi lagi,” imbuhnya. Gandana mengaku prihatin dengan banyaknya arsip atau file imunisasi masyarakat, seperti yang menimpa korban Burhanudin (15) warga Ligung yang diketahui tidak tersimpan pada file imunisasi tahun 2001 lalu. “Tampaknya yang menjadi persoalan bagi kami yaitu banyaknya arsip imunisasi masyarakat hilang. Arsip jelas sangat penting jangan sampai dihilangkan. Karena ketika ada kejadian ke depannya dapat diketahui dari riwayat melalui arsip. Ini yang menjadi kelemahan kami. Ternyata setelah kami, cari Burhanudin itu tidak memiliki file,” tandasnya. Sementara itu, anggota komisi IV H Nono Sudarsono SE mengapresiasi langkah Dinkes, yang dinilai cepat dan tanggap mengatasi serta menyelesaikan KLB ini dengan maksimal. “Namun hasil laboratorium dari Dinkes Provinsi Jawa Barat seharusnya jangan menjadi acuan pokok. Perlu uji sampel jangan hanya satu tempat. Karena bisa saja hasilnya berbeda-beda. Kemudian masalah obat-obatan jangan sampai kekurangan dan bahkan malah mengambil dari kabupaten lain,” imbaunya. (ono)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: