Satu Minggu 12 Ton Menumpuk di Kopi Luhur

Satu Minggu 12 Ton Menumpuk di Kopi Luhur

\"coverstory-1\"Aturan kantong plastik berbayar belum resmi berlaku di Kota Cirebon, meski sejumlah gerai sudah duluan memberlakukannya. Namun, bukan berarti Kota Cirebon tak memiliki masalah dengan sampah plastik. Seminggu, 12 ton menumpuk di TPA Kopi Luhur. Kepala UPTD TPA Kopiluhur Otang Sumantri ST mengatakan, setiap minggu TPA Kopiluhur menampung 10 sampai 15 ton dari semua jenis sampah plastik dari seluruh Kota Cirebon. Dengan demikian, bila dirata-ratakan setidaknya ada 12 ton sampah plastik yang masuk TPA Kopiluhur. “Kita tidak punya mesih cacah. Beruntung ada pemulung,” ucap Otang, kepada Radar, Senin (22/2). Keberadaan 325 pemulung sangat membantu dalam memilah dan mengurangi sampah. Khususnya sampah plastik yang langsung diambil pemulung. Menurut informasi dari para pemulung, sampah plastik itu dikirim ke Surabaya untuk proses daur ulang. Meskipun banyak diambil pemulung, tidak semua sampah plastik yang masuk TPA Kopiluhur habis terambil. Banyak sampah plastik yang tidak laku dijual. Pemulung hanya memilah atau mengambil sampah plastik yang laku dijual saja. Untuk sampah plastik yang tidak laku diambil pemulung, terpaksa ditimbun di dalam tanah bersama sampah lain. Sampah plastik yang tidak laku diantaranya bungkus mi instan dan plastik curah yang tidak bisa didaur ulang. Pada sisi lain, TPA Kopiluhur tidak memiliki mesin pencacah sampah plastik tersebut. Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Cirebon Ir Agung Sedijono MSi menjelaskan, di Jawa Barat hanya Kota Bandung. Sangat dimungkinkan, tahun 2017 kota lain akan diwajibkan menerapkan hal yang sama. Termasuk Kota Cirebon. “Kita sudah sosialisasi. Termasuk kreativitas sampah menjadi produk bernilai ekonomis,” ucap Agung, kepada Radar, Senin (22/2). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan menjadi bahan paparan hasil kajian setiap seminar tentang sampah, butuh waktu 250 sampai 300 tahun agar sampah plastik dapat terurai menjadi tanah. Waktu yang sangat lama. Karena itu, sampah plastik harus didaur ulang dengan alat tertentu. Lebih mudah lagi, masyarakat mengelola sampah menjadi barang bernilai ekonomis dengan membentuk bank sampah. Untuk sampah plastik limbah, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memberikan solusi agar sampah dibakar dengan alat khusus yang tidak membahayakan lingkungan. Pencacah Sampah Terkendala Alat Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cirebon baru mempunyai satu mesin pencacah sampah. Sementara sampah yang dihasilkan Kota Cirebon perhari mencapai 700 meter kubik. Artinya, pencacahan sampah belum bisa dilakukan secara maksimal. Kepala Bidang Sarana dan prasarana persampahan DKP Kota Cirebon, Hj Imas Maskanah ST SSos MM mengatakan, pemilihan sampah organik dan non organik sudah dilakukan oleh DKP. Sementara untuk hibah mesin pencacah sampah non organic belum ada lantaran belum ada MoU lanjutan dengan KLH. Pengadaan mesin pencacah sampah bukan oleh DKP, melaikan KLH. Sebab, upaya meminimalisir sampah merupakan program pemerintah pusat melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Pemerintah pusat berharap agar tahun 2020 semua daerah bebas dari sampah. Hal itu dilakukan untuk menyelematkan lingkungan,” terangnya. Bahkan, kata Imas, DKP mempunyai bank sampah. Tapi, sampah tersebut yang masih dapat dimanfaatkan. Pemanfaatkan sampah yang dilakukan oleh DKP sudah berjalan dua bulan. Untuk sampah gelas plastic dijual Rp5800 per kilo. Sementara, yang jenis botol plastik dijual Rp2.200 per kilogram untuk didaur ulang menjadi biji plastik. Dengan catatan, sampah plastik tersebut harus putih bening tanpa ada warna lain. Dalam satu hari, bank sampah DKP dapat menghasilkan 1 sampai 2 kwintal. Tapi, di hari libur, bank sampah dapat menghasilkan sampai 1 ton. “Ini khusus sampah yang bisa didaur ulang, tidak untuk kresek. Tapi, tetap kita tampung di bank sampah dengan nilai jual Rp450 per kilogram. Kepala Bidang Persampahan DKP Kota Cirebon, Jajang Yaya Suganda merepons positif upaya pemerintah pusat meminimalisasi penggunaan kresek. Bahkan, DKP sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. “Jangankan ke supermarket, ke pasar saja kita imbau jangan pake kresek,” tandasnya. (ysf/sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: