Cirebon Ingin Diakui Unesco Sebagai Kota Warisan Dunia

Cirebon Ingin Diakui Unesco Sebagai Kota Warisan Dunia

KEJAKSAN – Kota Cirebon telah ditasbihkan menjadi kota pusaka nasional. Dengan sejarah dan budaya yang menjadi destinasi wisata, kota dengan luas 37 ribu kilometer ini diupayakan menjadi kota warisan dunia Unesco. “Untuk sampai pada tahap itu harus ada sinergitas antar pihak terkait di Kota Cirebon. Termasuk didalamnya masyarakat yang memberikan dukungan dengan menjalankan sapta pesona,” ujar Ketua Kota Pusaka Cirebon, Ir H Yoyon Indrayana MT, kepada Radar, usai melakukan pembahasan dengan Kementerian Pariwisata di Grage Hotel, Kamis (25/2) . Yoyon mengatakan, destinasi wisata hanya ada pada benda cagar budaya dan sejarah. Karena itu, untuk mewujudkan kota warisan dunia Unesco, harus ada langkah sinergitas antar pihak terkait. Pada akhirnya efek positif lainnya akan dirasakan seluruh masyarakat. Mulai dari perekonomian meningkat hingga pelibatan secara aktif dunia internasional saat Kota Cirebon telah dinobatkan menjadi kota warisan dunia. “Pengembangan pariwisata butuh sinergitas,” ucapnya. Kepala Bidang Tata kelola Destinasi wisata khusus Kementrian Pariwisata Kusnoto SIP MM mengungkapkan, Kota Cirebon menjadi yang pertama dibahas dalam jaringan kota pusaka. Manajemen tata kelola kota pusaka harus terintegrasi. Dengan demikian, diharapkan ada pengakuan dari Unesco sebagai kota warisan dunia.  Pariwisata memiliki tiga hal pendukung. Alam, budaya dan buatan. Kota Cirebon mengandalkan sisi budaya. “Selama ini sering muncul dan tenggelam. Karena itu, pembahasan menuju kota warisan dunia dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan,” katanya. Termasuk, antara Keraton dan Pemkot Cirebon, Kusnoto berpesan, agar elemen-elemen ini menjalin sinergitas. Sebab, dalam membangun pariwisata tidak dapat dilakukan sendirian. Sekadar masukan, untuk menjadi kota warisan dunia obyek wisata harus bersih, indah dan rapih. Semua sektor harus bergerak mewujudkannya. Peneliti Perencanaan Kota Institut Pertanian Bogor (IPB), Yuni Prihayati MSi menambahkan, Kota Cirebon sangat beruntung dengan berbagai peninggalan budaya dan cagar budayanya. Gua Sunyaragi sudah menjadi pembicaraan dunia sejak 150 tahun lalu. Berdasarkan kajian yang dilakukannya, Yuni menemukan kota yang mirip dengan Kota Cirebon di Vietnam. “Namanya Kota Hoi An. Tahun 1999 kota ini menjadi situs warisan dunia,” terangnya. Kota ini sangat mirip secara geografis dan budaya dengan Kota Cirebon ini, paling digemari dan banyak mendapatkan kunjungan wisatawan dunia. Dengan Unesco turun tangan, Kota Hoi An jauh lebih indah. Kepala Bidang Kepariwisataan Dinas Pariwsata dan Kebudayaan Jawa Barat, Dra Ani Ismarini MHum menjelaskan, ada pembagian wilayah pariwisata di Jawa Barat. Kota Cirebon mendapatkan tema sejarah dan keraton, eko wisata dan pantai. Untuk pengembangan wisata di Kota Cirebon, pihaknya melakukan aksi sadar wisata dan pesona kepada masyarakat. Sebab, untuk memberdayakan masyarakat harus dilakukan dengan edukasi. Khususnya mewujudkan sapta pesona yang meliputi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan berkesan. Dengan mewujudkan itu, wisatawan akan menjadikan destinasi di Kota Cirebon sebagai tujuan utama. Terlebih, Ani Ismarini menilai gua Sunyaragi merupakan obyek wisata unik yang tidak ada dimanapun juga. “Ini yang kami fokus kembangkan,” terangnya. Hanya saja, lanjut Ani, pengembangan pariwisata tidak akan menjadi optimal tanpa peran aktif masyarakatnya. Termasuk penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), hal itu menjadi fokus kegiatan yang dilakukan untuk menjadikan Kota Cirebon warisan dunia. Selain mengambil hak pengguna jalan, keberadaan PKL di trotoar memberikan kesan kumuh. Satu kondisi yang bertentangan dengan sapta pesona pariwisata. Lebih dari itu, ujarnya, pariwisata akan maju berkembang jika pimpinan tertinggi di daerah tersebut mau bergerak dan membuat kebijakan strategis. Pasalnya, pengelolaan pariwisata ada pada komitmen pemerintah daerah. (ysf)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: