Anggaran Solar Belum Cair, TPA Lumpuh

Anggaran Solar Belum Cair, TPA Lumpuh

\"\"Sepuluh Hari Sampah Menumpuk KADIPATEN - Mesin backhoe di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Heuleut tidak berfungsi. Sebelumnya, truk-truk pengangkut sampah juga sempat mangkrak karena anggaran untuk membeli solar tidak tersedia. “Kendalanya sederhana, solar untuk mesin beko tidak ada. Sementara kami di sini sudah mengajukan untuk anggaran solar. Nyatanya, kami belum mendapatkan uang untuk biaya solar,” ujar staf pelaksana Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH), yang enggan dikorankan identitasnya, Senin (27/2). Menurut dia, terhentinya aktivitas penataan sampah menyebabkan sampah menumpuk selama sepuluh hari. Akibatnya, urugan sampah sampai ke depan pintu garasi kantor persampahan BPLH. “Selama sepuluh hari, BPLH hanya mendapatkan Rp600 ribu. Padahal, efektifnya, untuk satu hari itu dibutuhkan lebih dari 50 liter solar. Sekarang hitung saja. Satu liter solar Rp4.500, butuhnya lebih dari 50 liter,” bebernya. Apabila dikalkulasi, kata dia, dengan anggaran tersebut, pelaksana hanya bisa membeli solar 18 liter per hari. Padahal 18 liter solar tersebut hanya bisa digunakan selama satu jam. “Karena tidak ada solar, mesin beko perata sampah terpaksa dikandangkan,” tegasnya. Sementara itu, Kepala BPLH, Drs H Wawan Gunawan MM mengaku, pihaknya sudah menyelesaikan masalah tidak adanya solar untuk mesin backhoe dan Minggu (26/2) lalu, BPLH sudah mengerjakan perataan sampah di TPA Desa Heuleut. “Jalan di TPA Desa Heuleut sangat becek karena hujan. Akibatnya, mobil yang datang sulit untuk manuver. Makanya, mobil-mobil yang mengangkut sampah dari TPS menyetor sampah di tempat yang tidak becek. Nah, apalagi sekarang kalau mesin beko yang difungsikan. Khawatir tersendat karena becek,” jelasnya. Gunawan mengungkapkan, dana untuk pembelian solar sudah tertanggulangi. “Kalau sampah itu memang menggunung di TPA. Tapi anggaran untuk membeli solar, pastinya ada,” ungkapnya. (mid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: