Tak Ada Ganti Rugi Bagi Peternak yang Unggasnya Mati Mendadak

Tak Ada  Ganti Rugi Bagi Peternak yang Unggasnya Mati Mendadak

KUNINGAN - Pemkab Kuningan tidak menyediakan ganti rugi bagi peternak yang unggasnya menjadi korban flu burung atau avian influenza. Hal itu karena tidak adanya anggaran yang dialokasikan pemerintah. “Tidak ada ganti rugi karena tidak dianggarkan. Kami hanya menganjurkan kepada peternak agar sisa unggas yang tidak terkena flu burung untuk dimusnahkah. Harusnya kalau ada ganti rugi, unggas itu dimusnahkan,” jelas Kadistanakan Kuningan, Ir Hj Triastami melalui Kasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat, Suhyana kepada Radar usai menggelar rapat Puskeswan se-Kabupaten Kuningan di aula Distanakan. Dulu, kata dia, pemerintah pernah menyediakan ganti rugi. “Kalau ada ganti rugi, nanti mudah untuk memutus mata rantai penyebaran flu burung. Salah satunya adalah dengan memusnahkan unggas yang positif,” ujarnya. Lanjut Suhyana, sebagai contoh, dalam satu kandang ada 15.000 ekor ayam. Ternyata sebanyak 9.000 ekor mati. Sisanya dimusnahkan meski ayam tersebut selamat dari virus flu burung. Tapi, kata dia, tidak semua peternak memiliki pemikiran seperti itu. Padahal, mereka bisa rugi dua kali karena ayam yang masih hidup membawa virus flu burung dan menyebarkannya ke unggas lain. “Setelah unggas dimusnahkan, kandangnya lalu dibersihkan dengan cara disempot disinvektan. Perlu waktu dua bulan untuk memulai usaha peternakan lagi,” terangnya. Waktu dua bulan itu, kata dia, minimal karena kalau langsung menernak lagi, maka dikhawatirkan virusnya masih ada. Sehingga membuat unggas baru diternak kembali diserang virus flu burung. Untuk pemberian vaksin, selama ini selalu dilakukan kepada unggas. Pihak Distanakan selalu menyediakan obat-obatan yang bukan hanya berasal dari Kabupaten Kuingan, tapi juga bantuan dari provinsi. “Alhamdulillah setelah dilakukan berbagai upaya, tidak terjadi kematian unggas, seperti yang dibahas pada pertemuan rapat kali ini,” jelasnya. Salah satu peternak burung puyuh, Opik mengaku, kejadian ini menjadi pembelajaran semua pihak. Dia mengaku sangat terpukul karena belum bisa mengembalikan modal. Namun, mau tidak mau kejadian matinya unggas mendadak harus diterima dirinya. “Ya kalau ada ganti rugi dari pemerintah, mungkin kami senang. Tapi karena sudah risiko begini, saya hanya bisa pasrah dan berharap ada rezeki untuk memulai beternak kembali,” ucapnya. (mus)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: