3 Ribu Warga Bandung Ngungsi
BANDUNG - Pemerintah Kabupaten Bandung sepertinya tidak belajar dari kejadian masa lalu. Buktinya, hingga kini, luapan Sungai Citarum masih menyebabkan banjir di beberapa kecamatan. Padahal, kejadian ini selalu berulang tiap tahun. Hampir satu minggu hujan terus mengguyur wilayah Kabupaten Bandung. Puncaknya, hujan deras pada Sabtu malam (12/3). Tak mampu lagi membendung air yang terus turun, air pun mulai menggenangi 15 daerah di Kabupaten Bandung. Meliputi, Kecamatan Cicalengka, Rancaekek, Cileunyi, Solokan Jeruk, Majalaya, Ciparay, Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Pameungpeuk, Banjaran, Arjasri, Cangkuang, Katapang dan Kutawaringin. Berdasarkan data sementara hasil kaji cepat Badan Penanggulanagn Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, sebanyak 24 ribu jiwa terdampak akibat banjir. Dari jumlah tersebut, 3 ribu jiwa terpaksa mengungsi. Jumlah ini pun diprediksi bertambah mengingat air yang kian tinggi. “Tinggi banjir sekitar 80-300 Centimeter. Sementara, di sekitar bantaran Ciarum dan cekungan, tinggi baniir sampai 3 meter,\" papar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, kemarin (13/3). Selain menimbulkan pengungsian, banjir juga telah menelan korban jiwa. Dua orang dilaporkan meninggal dunia karena terserngat listrik saat banjir. Sementara, seorang lagi meninggal setelah terseret arus. \"Tiga orang lainnya hilang. BPBD bersama Basarnas masih terus melakukan pencarian,\" ungkap Sutopo. Saat ini, BPBD bersama dengan TNI, Polri, Tagana, PMI dan relawan lainnya sudah melakukan penanganan darurat. Sejumlah posko telah didirikan. Kebutuhan mendesak saat ini adalah permakanan untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi. Lalu, air bersih, pakaian, obat-obatanan dan dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat. ”Kepala BNPB sudah menugaskan Tim reaksi cepat BNPB untuk mendampingi dan memberikan bantuan,” ujar Alumni Universitas Gajah Mada (UGM) itu. Diakuinya, daerah di sekitar hulu Citarum yang saat ini terendam banjir merupakan daerah rawan banjir. Sebab, kondisi topografi di sana yang berupa cekungan seperti mangkok. Hal ini diperparah dengan perkembangan wilayah menjadi pemukiman dan industri. Bukan hanya itu, sungai pun sudah mengalami sedimentasi dan penyempitan sehingga mudah meluap. ”Upaya penanggulangan sudah ada, tapi kalau masalah dasar tidak ditangani tentu terus berulang,” ungkapnya. (mia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: