Alex Noerdin Buat Peta Golkar Berubah

Alex Noerdin Buat Peta Golkar Berubah

Siap Saingi Tantowi di Pilgub Jakarta JAKARTA-Senin (5/3), seharusnya Partai Golkar mengumumkan calon yang maju dalam pilgub DKI Jakarta. Tapi, kemarin belum ada suara bulat. Masuknya nama Alex Noerdin yang kini menjabat gubernur Sumsel membuat peta semakin rumit. Sebelum Alex, sudah ada dua nama kuat. Yakni, Tantowi Yahya yang kini duduk di Komisi I DPR dan Priya Ramdhani, ketua DPD Golkar DKI Jakarta. Dengan masuknya nama Alex, persaingan menjadi ketat. Mengapa nama Alex diperhitungkan? Sumber di Golkar menyebutkan, jika dibandingkan dengan dua calon lain, sosok Alex awalnya kalah soal popularitas. Namun, gencarnya keinginan Alex untuk maju membuat tiga nama tersebut bersaing ketat. “(Alex) dianggap bisa menyaingi Foke (sapaan Fauzi Bowo, red) dari popularitas dan sisi finansial,” tutur dia. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat ditemui di gedung parlemen menyatakan, mempersilakan Alex maju sebagai cagub. Ical, sapaan Aburizal Bakrie, juga tidak menolak jika Alex bisa menjalin koalisi dengan PPP dalam pilgub DKI. PPP sendiri sudah resmi mencalonkan Alex. “Bagus dong. Yang penting bagaimana untuk pembangunan DKI,” ujarnya sambil berlalu. Persaingan para calon Golkar benar-benar membuat rapat kemarin hanya menghasilkan keputusan bahwa beringin tetap maju dengan calon sendiri. “Rapat tadi, Partai Golkar akan mencalonkan kader partai sendiri. Namanya akan diumumkan tiga hari kemudian,” ujar Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham setelah rapat evaluasi dan penentuan calon dalam pilgub DKI di Wisma Bakrie Jakarta, kemarin (5/3). Idrus mengatakan alasan Golkar memilih kandidat dari partai sendiri. Yakni, berdasar hasil evaluasi yang dilakukan, dinilai pemerintah DKI Jakarta saat ini tak memberikan hasil maksimal. Karena itu, DPP Partai Golkar tidak akan mendukung nama incumbent, yakni Fauzi Bowo, sebagai kandidat. “Itulah saya kira yang paling pokok. Partai Golkar mencalonkan kader terbaiknya,” tutur dia. Idrus mengatakan, kandidat dari Partai Golkar ditetapkan berdasar beberapa pertimbangan. Misalnya, hasil survei, pengalaman, kiprah politik, serta popularitas dan loyalitasnya terhadap Partai Golkar. “Itu semua kami pertimbangkan,” ucap dia. (bay/c11/tof)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: