Salah Kelola Penyebab Sekolah Tidak Maju

Salah Kelola Penyebab Sekolah Tidak Maju

CIREBON - Kemajuan sekolah kerap terhambat lantaran kegagalan pengelolaan. Kepala sekolah dituntut terus meningkatkan kapasitas manajemennya, khususnya dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) secara penuh komitmen, konsisten, dan konsekuen. Semangat inti MBS adalah otonomi, sehingga penerapan MBS menuntut kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan berorientasi pada pembelajaran. Maka, kepsek seharusnya mempunyai komitmen dan kapasitas pembelajaran yang baik sebagai pengarah dan pengelola pembelajaran. Demikian dikatakan Erna Irnawati, koordinator USAID Prioritas Jawa Barat, saat membuka pelatihan untuk pelatih (TOT) manajemen berbasis sekolah di Swiss-Belhotel Cirebon, baru-baru ini. Pelatihan diselenggarakan oleh badan pembangunan internasional USAID dalam rangka implementasi program Prioritas (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunity for Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students). Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat, TOT berlangsung selama empat hari (25-28/3) dan diikuti tiga puluh orang fasilitator daerah (fasda) bidang manajemen jenjang SMP/MTs dari enam daerah kabupaten/kota mitra USAID Prioritas. Erna Irnawati juga menyebut, kepala sekolah merupakan kunci perubahan pada tingkat sekolah. “Evaluasi dan monitoring yang kami lakukan menunjukkan, MBS sudah cukup optimal di sejumlah sekolah, tetapi masih belum menggembirakan di sejumlah sekolah lain,” ucap Erna. Menurutnya, pelatihan kali ini merupakan tahap ketiga dan berfokus pada upaya menumbuhkan literasi di sekolah. Kepala sekolah, urai Erna, didorong untuk memberikan dukungan penuh kepada para guru dalam memandu pembelajaran berkualitas yang berorientasi pada literasi. “Sejauh ini budaya baca di sekolah sudah tumbuh dan mencapai rata-rata 70%. Namun siswa belum membaca dengan pemahaman, karena ketika ditanya isi bacaan, anak cenderung tidak mampu menjawab,” jelas Erna. Melalui pelatihan ini, setiap kepsek dilatih strategi mengembangkan literasi di sekolah, dengan mendorong guru untuk membiasakan siswa membaca dan menulis. “Tantangannya, setiap anak dapat menghasilkan tulisan yang panjang, terstruktur, dan teliti,” ” ujar Erna. Gunawan, fasilitator TOT yang juga Kepala SMPN 1 Warungkiara Sukabumi, mengaku telah terlebih dahulu menerapkan model MBS paket tiga di sekolahnya usai mengikuti TOT nasional di Makassar tahun lalu. Gunawan menyebut paket tiga MBS program USAID Prioritas sangat membantu dirinya mendorong guru mengembangkan literasi siswa. “Para guru telah berhasil mendorong siswa menulis, sehingga ruang kelas kami dihiasi dengan pajangan karya tulis siswa yang membanggakan,” tuturnya. Menurut Gunawan, sebagaimana paket sebelumnya, paket tiga ini juga sangat praktis. Rudaya, kepala MTsN Sukasari, Cimahi, mengaku sangat tertarik dengan strategi pengembangan literasi siswa pada TOT ini. “Di madrasah saya memang sudah tumbuh budaya baca, tetapi untuk mendorong budaya menulis, saya masih butuh strategi pengelolaan seperti yang saya ikuti pada pelatihan ini,” katanya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: