Pasangan “Rahmat” Dianggap Bisa Kalahkan Utje

Pasangan “Rahmat” Dianggap Bisa Kalahkan Utje

LURAGUNG – Kendati Hj Utje Ch Suganda telah digadang-gadang sebagai bakal kandidat kuat bupati Kuningan pada Pilkada 2018 mendatang, namun konstelasi politik bisa berubah. Pasalnya, saat ini muncul pasangan baru bakal cabup dan cawabup Kuningan hasil penjajakan koalisi antara PDIP dengan Partai Golkar. Pasangan tersebut yakni Rana Suparman SSos dari PDIP dengan dr Toto Taufikurohmat Kosim dari Partai Golkar. Mereka lalu menamakan pasangan itu Rahmat. Kemunculan Rahmat berawal dari kunjungan Rana selaku ketua DPRD ke RSU KMC Luragung, kemarin (4/4). Ia yang ketika itu bersama Wakil Ketua DPRD H Uci Suryana SE bermaksud ingin menyelesaikan persoalan rakyat soal pelayanan pasien BPJS di RS tersebut. Usai kunjungan, kedua tokoh partai besar di kota kuda itu langsung menggelar pertemuan khusus di warung kasreng Cibeureum. Namun, awalnya Rana berkelit menyikapi munculnya Rahmat saat dikonfirmasi Radar Kuningan. “Jangan dikait-kaitkan kedatangan saya ini ke KMC seolah-olah merajut kembali benang lama yang terputus sebagai persiapan Pilkada 2018. Arah kita enggak ke sana,” kilahnya. Koalisi antara PDIP dan Golkar, menurut Rana, sangat mungkin jadi kenyataan. PDIP merupakan partai terbuka yang tidak pernah alergi untuk berkoalisi dengan partai manapun. “Apalagi dengan Golkar selaku partai pemenang kedua. Kalau PDIP-Golkar menyatu, ya menang. Target kita elektabilitas 70 persen. Biar enggak ada letupan politik, full power kita,” tegas Rana disambut tawa Toto. Ia menjelaskan, tingginya elektabilitas pasangan Rahmat hingga 70 persen sangat mungkin terjadi apabila PDIP-Golkar menyatu didukung oleh partai-partai lainnya. 5 dapil yang ada nyaris seluruhnya berpersentase 60 hingga 70 persen. “Kalau kita disokong dari dapil 5 sebesar 60 persen, kemudian dapil timur 60 persen, dan beberapa dapil lainnya, sudah dipastikan menang,” jelasnya. Rana menegaskan, hitungannya itu sangat rasional. Sebab kedua partai tersebut memiliki struktur yang kuat. PDIP saja, pada tataran PAC terdapat 11 orang, kemudian 5 orang tingkat desa dan tingkat dusun sebanyak 3 orang. Apabila dalam satu desa terdapat 5 dusun, totalnya sudah mencapai 20 orang. “Nah, 20 orang ini jika dikaderkan untuk menjadi penggerak yang punya militansi tinggi, kata siapa enggak akan menang? Tingkat kita polarisasi strategi saja. Segmen mana yang dikunjungi oleh 20 kader ini,” terang Rana. Ketimbang berebut posisi K2 dengan Tresnadi (sekretaris DPC PDIP), Rana lebih memilih untuk menyatukan PDIP dengan Golkar. Bangunan koalisi tersebut, menurutnya, sangat mungkin. Pihaknya berharap PDIP, Partai Golkar, PAN, PKB, PKS dan Gerindra bisa menyatu, kemudian dirumuskan siapa calonnya. “Calonnya itu yang bisa menjawab penderitaan rakyat, menjawab keinginan rakyat dan menciptakan kesejahteraan rakyat. Jangan pengen kenyang hidup dari APBD saja. Kenyangkan juga rakyatnya lah,” ketusnya. Dia mempertanyakan kenapa harus ada gesekan calon pada pilkada. Rana lebih sependapat apabila calon tunggal hasil koalisi semua partai. “Tinggal setuju dan tidak setuju dengan calon yang ada, selesai,” tegas dia. Rana juga menandaskan, sebetulnya rakyat tidak butuh pilkada. Yang rakyat butuhkan itu adalah pemimpin yang benar. Ditanya apakah selama ini pemimpin tidak benar, Rana langsung membantahnya. “Ya benar lah, kan lagi berjalan ini. Ke KMC hadir, semua hadir,” ujarnya. Sementara itu, Toto Taufikurohman Kosim hanya tertawa mendengar penuturan Rana. Saat dipintai tanggapannya menyangkut paket pasangan “Rahmat”, ia hanya memberikan jawaban singkat. “Belum saatnya saya bicara karena kuncinya belum saya pegang,” guyon Toto yang juga disambut tawa Rana. (ded)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: