Penghuni Rumah Prostitusi Bertahan di Antara Puing-puing
Tidak ada lagi wanita-wanita penghibur yang mangkal di Jalan Pantura Kecamatan Patrol. Kawasan Ganyong Legok kini sepi. Hanya puing-puing bangunan yang tersisa. Sebagian besar pemilik warung remang-remang dan bangunan liar lainnya pindah. Namun ada juga yang bertahan. Mereka memilih tinggal di antara puing-puing yang tersisa. Laporan: Komarudin Kurdi, Patrol PUING-PUING pembongkaran bangunan yang dilakukan Pemerintah Indramayu masih berserakan di Kawasan Ganyong-Legok, Patrol. Para pemilik kafe, warung remang-remang ataupun bangunan liar lainnya sebagian besar memilih begitu saja meninggalkan sisa-sisa bangunan yang selama ini mereka tempati. Namun Yani (40) masih mencoba bertahan tinggal di antara puing-puing. Ia tidak punya tempat berteduh lagi. Hanya bangunan yang dibongkar itu tempat ia berteduh yang ia miliki. Dengan memanfaatkan sisa ruangan bangunan yang berdiri, Yani dan keluarga kecilnya memilih bertahan di lokasi itu. Yani bersama sang suami dan dua orang anaknya tinggal di sisa bangunan berukuran 3 x 4 meter persegi. Sisa bangunan itu memang sudah tidak layak untuk ditempati. Namun Yani dan suami tidak memiliki pilihan lain. Kalaupun harus pindah ke lokasi lain dan kembali membangun usahanya, Yani terkendala modal. “Yang penting kita bisa tidur. Habis mau kemana lagi. Rumah tidak punya. Hanya warung ini yang kita punya sekaligus tempat untuk tinggal,” jelasnya. Setelah pembongkaran, Yani mengaku kehilangan sumber mata pencahariannya. Warung yang dibongkar adalah satu-satunya wadah ia mencari penghasilan sekaligus menjadi tempat tinggalnya. “Mau usaha lain, saya tidak punya modal. Sementara anak-anak saya butuh makan dan jajan di sekolah,” lanjut dia. Pembongkaran warung remang-remang dan kafe di Kawasan Ganyong Legok itu juga berdampak pada usaha lain di sekitarnya. Pedagang sate ayam, Warno (42) mengaku pendapatannya turun drastis pasca pembongkaran oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu itu. Ia pun mengaku akan pindah ke tempat lain di Kecamatan Bongas. “Meski warung kami tidak dibongkar karena usaha dagang biasa, tapi pembongkaran kemarin itu dampaknya luar biasa,” jelasnya. Sebelumnya dibongkar, Warno bisa mendapat keuntungan hingga Rp300 ribu per hari. Setelah warem dan kafe dibongkar, Warno pun kesulitan untuk mendapatkan Rp50 ribu. “Sementara pengeluaran sehari-hari ada terus. Makan dan jajan anak saya itu wajib. Karena dagang di sini sepi ya terpaksa pindah,” jelasnya. Pada pembongkaran bangunan liar di kawasan Legok dan Ganyong, Desa Sukahaji, hingga sepanjang jalur pantura Kecamatan Patrol, petugas Satpol PP hanya membongkar bangunan liar yang membuka praktik porstitusi dan penjualan miras. Sementara bangli lain yang ditempati untuk tempat tinggal dan bukan usaha prostitusi, masih diberikan toleransi tidak dibongkar. Menurut keterangan warga, sebagian pemilik warem dan kafe pindah ke lokasi lain. Mereka pindah ke lokalisasi Pantai Kelapaan, Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang. Bahkan, ada yang pindah tempat, tapi masih di wilayah Kabupaten Indramayu. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: