Iran Bersedia Fasilitas Nuklir Diinspeksi
TEHERAN - Di tengah semakin kuatnya tekanan dunia atas program pengembangan nuklir Iran, Teheran mulai melunak. Setelah menolak delegasi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menginspeksi fasilitas nuklir Iran di kompleks militer Parchin, pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad akhirnya memberikan lampu hijau. Saat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu membahas nuklir Iran dengan Presiden AS Barack Obama, kemarin (6/3) Iran setuju untuk memberikan akses kepada tim inspeksi PBB dari IAEA ke fasilitas nuklir di Parchin yang terletak sekitar 30 kilometer tenggara Teheran. ”Parchin merupakan zona militer. Rangkaian izin untuk berkunjung ke lokasi tersebut cukup panjang dan tak bisa diberikan berkali-kali. Tetapi, setelah mempertimbangkan permintaan IAEA, kami memberikan kesempatan (untuk berkunjung) sekali,” ujar pejabat Iran dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan Kantor Berita ISNA kemarin. Menurut Teheran, pemberian izin itu sebagai wujud dari iktikad baik Iran. Dalam pernyataan tersebut, Iran akan mengundang IAEA untuk membahas lebih lanjut rencana kunjungan ke Parchin. ”Kedua pihak perlu menyepakati beberapa hal sebelum kunjungan terwujud,” tegas pejabat Iran dalam pernyataannya. Belum ditetapkan tanggal atau jadwal kunjungan itu. Begitu pula belum ada tanggapan resmi dari markas besar IAEA di Wina, Austria, soal lampu hijau Iran tersebut. Bulan lalu, Iran menolak dan melarang tim inspeksi IAEA untuk berkunjung ke Parchin. Karena itu, tim IAEA hanya membahas program nuklir bersama tim pemerintah Iran tanpa sempat meninjau fasilitas nuklir yang ada. Selain menolak kunjungan ke Parchin, Teheran juga melarang tim IAEA mengunjungi fasilitas nuklir di Marivan. Kabarnya, di dua lokasi itulah Iran memproduksi senjata nuklirnya. Namun, Iran membantah adanya aktivitas intelijen atau pembuatan senjata di fasilitas nuklir tersebut. Mereka juga menegaskan bahwa program nuklir yang mereka upayakan sama sekali tak bertujuan untuk menciptakan senjata. Iran menyebut laporan IAEA yang dihimpun dari pengamatan satelit dan intelijen Barat sebagai dokumen yang penuh rekayasa.(AFP/AP/RTR/hep/dwi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: