Bentrok Filipina-Abu Sayyaf, 18 Tentara Tewas, 10 WNI Belum Aman

Bentrok Filipina-Abu Sayyaf, 18 Tentara Tewas, 10 WNI Belum Aman

JAKARTA- Konflik senjata antara Militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf yang terjadi di Pulau Basilan pada Jumat (9/4) membuat Indonesia waswas. Ada 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Indonesia tidak bisa berbuat banyak (operasi pembebasan sandera) karena masih harus menunggu “perintah” langsung dari Filipina. Jubir Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa pihaknya masih memastikan keselamatan dari 10 WNI yang saat ini disandera di Pulau Sulu, Filipina. “Kami terus mempererat komunikasi dengan pemerintah Filipina,” ujarnya. Sementara Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan sejauh ini belum ada perkembangan signifikan terkait 10 WNI yang disandera. Saat ini posisinya hanya bisa menunggu perkembangan dari Filipina. “Tapi, ada opsi lainnya, mungkin bisa ada observer atau pemantau, nanti bisa kita kirimkan untuk melihat bagaimana upaya pembebasan pemerintah Filipina,” tuturnya. Lalu, soal pembayaran tebusan, semua diserahkan ke perusahaan. Pemerintah tidak ikut serta dalam pembayaran tebusan tersebut. “Ya, gak ikut campur soal membayar tebusan,” papar mantan Kapolda Jatim tersebut. Dia menerangkan, ada juga soal tawaran Umar Patek membantu membebaskan 10 WNI tersebut. Sebab, dia memiliki hubungan dengan Abu Sayyaf. “Tawaran ini cukup sulit untuk dikoordinasikan pada pemerintah Filipina,” ujarnya. Sebab, pemerintah Filipina tidak mungkin memberikan kesempatan otoritas lainnya untuk membebaskan 10 WNI tersebut. “Hanya bisa lewat jalur komunikasi yang tak resmi, itu juga belum tentu bisa,” tuturnya. 18 TENTARA TEWAS Sementara itu, sebanyak 18 personel pasukan spesial militer Filipina dan 5 orang dari Abu Sayyaf tewas dalam konflik tersebut. Kondisi tersebut semakin membuat publik internasional khawatir. Menurut keterangan pers yang dirilis oleh Markas Komando Mindanao Barat, kronologi itu berawal saat pasukan gabungan militer di Basilan mengadakan operasi militer di pulau Basilan. Pada pagi 9 April, pasukan pada Batalyon Infantri ke 44 sudah menyelesaikan tujuan operasi dan menyisir area. Namun, saat memasuki wilayah Bangundan, Kota Tipo-tipo, pihaknya ditembaki oleh Kelompok Abu Sayyaf. “Pertempuran tersebut berlangsung selama 10 jam dan melibatkan Batalyon Infantri ke 44, Batalyon Pasukan Khusus ke 4, dan pasukan Kavaleri ke 14 dan kelompok penyandera (Abu Sayyaf). Pertempuran ini menyebabkan 18 pasukan meninggal dalam aksi dan enam luka berat. Sedangkan, lima bandit dari pihak penyandera turut meninggal,” terang Juru Bicara Markas Komando Mindanao Barat Filemon Tan. Di antara bandit yang terbunuh, pihaknya mengidentifikasi beberapa tokoh Abu Sayyaf yang terkenal. Salah satunya Mohammad Khattab, ahli bahan peledak asal Maroko. Menurut informasi, Khattab berada di Basilan untuk mencoba menggaet pihak Abu Sayyaf bergabung dengan jaringan teroris internasional.  (bil/idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: