Basarnas Gelar Pelatihan MFR dan Jungle Rescue di Gunung Ciremai
Reporter:
Dian Arief Setiawan|
Editor:
Dian Arief Setiawan|
Rabu 13-04-2016,20:57 WIB
KUNINGAN - Badan SAR Nasional (Basarnas) menggelar Pendidikan dan pelatihan (Diklat) tentang Medical First Responder (MFR) dan Jungle Rescue terhadap 100 relawan kebencanaan dari berbagai organisasi dan lembaga Potensi SAR se-Jawa Barat di kawasan Gunung Ciremai selama hampir sepekan ke depan.
Mengawali pelatihannya, para peserta mendapat pembekalan materi dari instruktur Balai Diklat Basarnas yang terbagi dalam dua kelas berbeda di Auditorium Linggarjati selama dua hari. Selanjutnya, selama dua hari ke depan para Potensi SAR tersebut akan mempraktikkan seluruh materi yang didapat di kelas terjun langsung ke lapangan di kawasan Gunung Ciremai.
\"Para peserta mendapat pelatihan tentang Medical First Responder (MFR) atau lebih dikenal masyarakat sebagai pertolongan pertama, yaitu keterampilan menangani korban dalam kondisi darurat di lokasi kejadian dan Jungle Rescue adalah keterampilan mengatasi kedaruratan di hutan atau gunung. Peserta pelatihan adalah para Potensi SAR yang berasal dari sejumlah organisasi yang mempunyai kepedulian terhadap sesama dan lingkungan dari seluruh kota/kabupaten di Jawa Barat kecuali Bogor dan Sukabumi,\" ungkap Kasi Potensi SAR Kantor SAR Bandung Hery Marantika kepada
radarcirebon.com, Rabu (13/4).
Mereka yang ikut pelatihan, kata Hery, berasal dari 43 Potensi SAR dari 25 kota dan kabupaten cakupan wilayah kerja Kantor SAR Bandung. Adapun para instruktur yang dilibatkan dalam pelatihan tersebut, kata dia, langsung didatangkan dari Balai Diklat Basarnas Jakarta.
Kepala Balai Diklat Basarnas Noer Isrodin mengungkapkan, Basarnas sebagai institusi pemerintah yang bertanggungjawab untuk penyelenggaraan SAR di Indonesia juga mempunyai kewajiban memberikan pelatihan dan kompetensi kepada para Potensi SAR dalam melakukan operasinya. Keterbatasan personil Basarnas tidak memungkinkan untuk menjalankan seluruh kegiatan penanganan SAR sendiri sehingga dibutuhkan keterlibatan Potensi SAR yang biasanya merupakan anggota lembaga atau organisasi yang mempunyai kepedulian dan secara sukarela membantu ketika terjadi kebencanaan.
Pelatihan ini sebagai upaya mentransformasikan kemampuan yang dimiliki Basarnas kepada para Potensi SAR dalam hal kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam hal penanganan kedaruratan seperti bencana. Sehingga, apabila ada kejadian kebencanaan di di daerah, mereka bisa berkontribusi,\" ujar Noer.
Menurut Noer, seorang relawan yang diterjunkan untuk melakukan tindakan kemanusiaan seperti ke daerah bencana harus mempunyai kemampuan spesifik termasuk menguasai peralatan dan sistem operasinya. Pelatihan Medical First Responder (MFR) dan Jungle Rescue bagi para Potensi SAR kali ini, dirasa Noer cukup strategis dan penting dipahami mengingat potensi kerawanan yang mungkin terjadi, mengingat Jawa Barat mempunyai karakter wilayah berbukit dan pegunungan dengan hutannya yang masih lebat.
\"Jawa Barat mempunyai karakter wilayah pegunungan dan berbukit yang sangat berpotensi terjadi musibah longsor atau kecelakaan pesawat di wilayah pegunungan serta kejadian pendaki gunung yang tersesat atau mengalami kecelakaan. Nah, para Potensi SAR ini diajarkan tentang segala macam penanganan kedaruratan seperti ketika menghadapi korban yang patah tulang, pendarahan ataupun hipotermia termasuk upaya pencarian dengan metode navigasi sekaligus upaya evakuasi korbannya,\" ungkap Noer.
Oleh karena itu, kata Noer, pelatihan ini pun dilakukan mendekati kondisi nyata di lapangan, yaitu di pegunungan. Setelah dua hari menjalani pelatihan di dalam kelas dan tidur di tenda pleton, para peserta pelatihan juga akan melakukan simulasi mempraktikan semua materi yang didapat tadi langsung di kawasan Gunung Ciremai selama dua hari pula. (taufik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: