Lucu Kalau Walikota Takut Kejatuhan Crane
KEJAKSAN – Walikota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH pernah walk out dari sidang paripurna DPRD November 2015 silam. Namun untuk urusan ketidaknyamanan atas aktivitas pembangunan hotel di Jl Siliwangi, sangat disayangkan bila walikota sampai harus walk out dari rumah dinas gara-gara takut tertimpa tower crane. “Lucu. Pak Azis sebagai walikota pindah karena khawatir kejatuhan crane,” kata Anggota Komisi B DPRD, H Budi Gunawan, kepada Radar. Sikap walikota yang memilih mengalah dan berencana meninggalkan rumah dinas akibat kekhwatiran atas aktivitas tower crane pembangunan hotel di Jl Siliwangi, membuat sejumlah kalangan prihatin. BG –sapaan akrab Budi Gunawan- tidak mempersoalkan bila walikota pindah ke rumah dinas wakil walikota di Jalan Penggung Raya lantaran tidak betah di Rumdin Jl Siliwangi. Namun alasan kepindahan karena walikota terganggu atas aktivitas proyek konstruksi, tentu tidak bisa diterima. Menurut BG, pernyataan walikota yang demikian membuat kesan seorang pemimpin daerah seolah lemah dan tanpa kewenangan. Walikota berhak meminta privasi dan memberikan syarat tertentu kepada pengembang. Dengan statemen yang diungkapkan walikota di media massa, seolah-olah wibawa pemerintahan daerah dengan mudahnya terinjank-injak oleh aktivitas proyek. “Kalau sekiranya itu mengganggu dan tidak baik, lebih baik dipertimbangkan izinnya. Ini persoalan martabat pemerintahan Kota Cirebon,” tegasnya. Politisi PKPI ini berharap kepada walikota untuk bisa lebih berani bersikap. Apalagi, diyakini perizinan hotel di samping rumdin belum sepenuhnya rampung. Lantas, BG teringat rapat paripurna DPRD membahas RAPBD 2016 yang sempat diwarnai aksi walk out walikota. Dalam rapat paripurna itu, walikota menunjukkan wibawanya. Untuk persoalan pembangunan hotel di sebelah rumdin, sudah seharusnya walikota juga bersikap. “Jangan WO lagi, apalagi urusannya crane,” sindirnya. Masyarakat, kata dia, butuh melihat walikota yang tegas. Kota Cirebon memang sedang menjadi primadona investasi, tapi bukan berarti pemkot lantas lembek. “Aziz is Back 2018 harus tercermin melalui kebijakan yang nyata,” tandasnya. BG bertaruh, bila walikota berani ambil sikap tidak pindah rumdin dan meninjau ulang izin pembangunan hotel di samping rumah dinas, dia berjanji akan pakai kaos Aziz is Back satu bulan penuh selama ngantor di DPRD. “Kecuali rapat paripurna ya atau ada ketentuan pakai PDL dan PDH,” selorohnya. Sementara itu, Kabag Umum Sekretariat Daerah, Santi Rahayu MSi belum bisa dikonfirmasi perihal keinginan walikota yang ingin pindah rumdin. Hingga berita ini diturunkan belum ada jawaban apapun untuk permintaan wawancara yang disampaikan koran ini. Terkait pengajuan pindah rumdi, Walikota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH sudah menyampaikan via salah seorang staf-nya. Pengajuan disampaikan ke bagian umum. Dalam wawancara terakhir dengan koran ini, Jumat (18/9), Azis sempat menyinggung terkait keinginan mengakuisisi Pendopo Bupati Cirebon di Jl Kartini. Bahkan dalam pernyataannya ketika itu, Azis sangat berharap bupati Cirebon menyerahkan secara sukarela pendopo di depan Alun-alun Kejaksan ke Pemkot Cirebon. “Cuma walikota Cirebon yang tidak punya pendopo. Bupati di wilayah III semuanya punya pendopo,” kata Azis, saat diwawancarai di ruang kerjanya. Terkait aktivitas proyek di lokasi eks The Summit, ada seorang petugas keamanan, Arif yang stand by di lokasi. ”Saya baru kerja di sini, jadi nggak tahu apa-apa,” ucapnya. Setahu dirinya, konstruksi yang tengah dikerjakan saat ini untuk pembangunan hotel. Soal keberadaan crane di lokasi proyek, Arief menegaskan, standar operasinya sesuai keamanan. \"Sudah aman, sudah dikunci jadi tidak mungkin jatuh,\" tuturnya. (abd/via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: