Pasien Difteri Ternyata Karena Telat Imunisasi

Pasien Difteri Ternyata Karena Telat Imunisasi

CIREBON- Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon dan puskesmas Drajat melakukan pemeriksaan kepada seluruh siswa PAUD yang menjadi tempat pendidikan pasien positif difteri. Seusai pemeriksaan, puluhan siswa pendidikan usia dini itu dinyatakan negatif difteri. Meskipun demikian, siswa diberikan obat pencegahan dan terus dipantau. Kepala PAUD Adinda, Endang Priyatni Amd, mengatakan, siswa atas nama Aulia Yulianti tidak masuk sekolah sejak Senin pekan lalu. Pada Jumat (15/4) saat Aulia masuk RSUD Gunung Jati dan dinyatakan positif difteri, para guru baru mengetahui. Atas kejadian ini, Endang Priyatni meyakinkan para siswa dan orang tua tidak khawatir tertular. “Kita tidak panik. Hanya kaget saja. Setelah Aulia sembuh tetap sekolah lagi,” ucapnya kepada Radar, Senin (18/4). Meskipun tidak khawatir dan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa, Endang Priyatni berharap ada sosialisasi kepada orang tua dan siswa terkait dengan penyakit difteri. Termasuk pencegahan dan gejala-gejalanya. Perempuan berkerudung itu bersyukur karena seluruh siswa teman sekolah Aulia Yulianti dinyatakan negatif tertular difteri. Ketua RW 04 Kesambi Dalam Kelurahan Drajat, Sukamto, berharap seluruh warganya mendapatkan penanganan medis dari Dinkes Kota Cirebon agar tidak tertular penyakit difteri. Terlebih, penyakit ini mudah menular melalui udara. Kepala Puskesmas Drajat dr Evy Wulansari MM mengatakan, riwayat imunisasi Aulia Yulianti sedang dilacak. Usia pasien 7 tahun dan masih duduk di PAUD. Pihak puskesmas meyakini Aulia mengalami keterlambatan imunisasi ulang. Khususnya imunisasi difteri. “Imunisasi difteri biasanya pas usia 7 tahun atau kelas I SD. Karena di usia segitu daya tahan tubuh biasanya mengalami penurunan,” terangnya kepada Radar, Senin (18/4). Puskesmas Drajat telah melakukan penanganan dengan mendatangi keluarga pasien dan kontak eratnya. Tidak hanya itu, lanjut perempuan berkacamata ini, puskesmas memberikan obat profilaksis untuk keluarga dan teman sekolah pasien difteri. Ke depan, Puskesmas Drajat akan melakukan sweping atau menyisir balita di seluruh wilayah RW 04 Kesambi Dalam. “Kami akan imunisasi ulang seluruh balita,” katanya. Di samping itu, pihaknya akan melakukan penyuluhan kepada semua posyandu di Kelurahan Drajat Kecamatan Kesambi. Bagi Evy Wulansari, kasus difteri yang ditangani merupakan kali kedua. Seluruh Kota Cirebon dalam dekade terakhir hanya ada dua kasus difteri. Di Kelurahan Argasunya dan Drajat. Saat difteri menyerang warga Sumur Wuni Kelurahan Argasunya, Evy Wulansari menjabat Kepala Puskesmas Sitopeng Argasunya. Kali ini, pasien difteri berada di wilayah kerja Puskesmas Drajat yang dipimpinnya. Dari dua pengalaman difteri itu, dia menyimpulkan penyakit ini timbul akibat kegagalan imunisasi. Artinya, pasien tersebut tidak mendapatkan imunisasi saat balita. “Pasien difteri dari Sumur Wuni Argasunya, itu memang belum mendapat imunisasi. Itu kejadian tahun 2012,” jelasnya. Untuk pasien difteri dari Kelurahan Drajat, ada kemungkinan karena mobilitas penduduk yang tinggi. Berdasarkan cerita dari keluarga Aulia Yulianti, dokter berkerudung itu menemukan kemungkinan lain. Karena sebelum pasien sakit, kedatangan saudara dari Karawang dan menginap di rumah pasien. Meskipun demikian, ujar Evy Wulandari, ada banyak kemungkinan penyebab penyakit difteri. Namun, indikasi kuat karena mobilitas penduduk yang tinggi. Dimana orang datang dan pergi darimana saja. Saat Aulia Yulianti sudah dinyatakan sembuh dan kembali ke lingkungan rumah, Puskesmas Drajat akan menempel ketat. Evy Wulansari menegaskan, imunisasi sangat penting dilakukan. Termasuk pula imunisasi ulang. Bahkan, jika berbicara hukum kategorinya wajib. Karena hal ini merupakan upaya aktif untuk melindungi balita dari ancaman berbagai macam penyakit yang menyerang daya tahan tubuh. Pastinya, salah satu penyakit itu difteri yang telah merenggut nyawa penderitanya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: