KPK Buru Sponsor Cek Perjalanan
Ibadah Miranda Hanya Didampingi Pendeta JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memang punya beban berat menuntaskan kasus suap pemilihan Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Miranda Swaray Goeltom. Tugas selanjutnya setelah menahan Miranda adalah memburu siapa sponsor di balik suap tersebut. Para pimpinan KPK seperti Abraham Samad dan Bambang Widjojanto saat ditanya soal kelanjutan perkara Miranda selalu mengatakan pihaknya tidak akan berhenti pada Miranda. Jika memang ada bukti keterlibatan pihak lain maka pihaknya tidak segan menjeratnya sebagai tersangka. “KPK ingin membongkar setiap pihak yang terlibat,” kata Bambang. Memang KPK masih kesulitan merangkai misteri perpindahan cek perjalanan secara cepat dari tangan Ferry Yen ke politisi senayan periode 1999-2004 pada tanggal 8 Juni 2004 via Nunun Nurbaeti. Apalagi Ferry Yen yang bernama asli Suhardi itu meninggal dunia sejak 2007 silam. Kini, salah satu cara untuk merangkai kasus ini adalah mendalami peran Hidayat Lukman alias Teddy Uban. Sebab, bos PT First Mujur Plantation Industry (PT FMPI) inilah yang bekerja sama dengan Ferry Yen untuk membeli lahan kelapa sawit di Tapanuli Selatan. Ferry pun meminta agar Teddy membayar tanahnya dengan dengan cek perjalanan senilai Rp24 miliar. Teddy pun menurutinya, namun ternyata cek tersebut beralih ke tangan politisi dan jual beli lahan itu batal. KPK sebenarnya sudah berupaya menggali keterangan dari Teddy. Namun saat dipanggil sebagai saksi untuk Nunun Nurbaeti dalam tahap penyidikan beberapa waktu lalu, Teddy tidak memenuhi panggilan. Informasinya, Teddy sedang sakit dan dirawat di Singapura. Juru bicara KPK Johan Budi kemarin menegaskan pihaknya akan memeriksa siapapun yang keterangannya dibutuhkan untuk pengembangan penyidikan. Jadi saat disinggung apakah Teddy Uban akan dipanggil dan dimintai keterangan untuk tersangka Miranda, dirinya menjawab memang ada kemungkinan itu. “Kemungkinan itu bisa saja jika memang diperlukan,” kata Johan. Namun Johan tidak bisa memastikan apakah pihaknya akan memanggil paksa apabila Teddy berkali-kali tidak memenuhi panggilan KPK. Kata dia, itu semua adalah kewenangan penyidik. Sementara itu, kubu Miranda berharap KPK bisa segera menemukan siapa di balik kasus tersebut. Kuasa hukum Miranda Dody Abdul Kadir mengatakan dengan segera ditemukannya siapa sebenarnya pihak yang bersalah akan membuktikan bahwa kliennya tidak bersalah. Meski kukuh mengaku tidak bersalah, Miranda tetap menghormati proses penyidikan yang dilakukan KPK. Bahkan kata dia, jika nantinya KPK berniat mengkonfrontir Miranda dengan Nunun Nurbaeti pihaknya akan siap. “Pada prinsipnya bu Miranda siap diperiksa kapan pun. Bahkan kalau memang dikonfrontir, ibu (Miranda, red) siap,” kata Dodi. Keterangan Miranda dan Nunun memang kerap bertolak belakang. Di persidangan kubu Nunun terus menyudutkan Miranda adalah pihak yang seharusnya bertanggung jawab karena Miranda adalah orang yang dimenangkan dalam pemilihan DGS BI. Menurut Johan, kroscek antara keterangan Nunun dan Miranda kemungkinan besar juga akan dilakukan penyidik. Tak hanya itu, fakta-fakta yang muncul di dalam persidangan juga akan dikroscekkan dengan Miranda. Namun apakah nantinya Miranda akan ditatapmukakan alias dikonfrontir dengan Nunun, kata itu belum ada rencana ke sana. Semantara itu berdasarkan pantauan Jawa Pos (Radar Cirebon Group), kemarin Miranda menunaikan kewajiban ibadah sesuai dengan agama Nasrani yang dianutnya. Tapi harapannya untuk bisa menjalankan ibadah bersama keluarga terdekatnya tidak dikabulkan KPK. KPK hanya mengabulkan permintaan Miranda untuk mendatangkan pendeta pribadinya. Pendeta Rum Waney yang diminta pihak Miranda datang, tiba di KPK sekitar pukul 15.00. Saat koran ini mengintip dari pintu samping KPK, terlihat Miranda berjalan dari area rutan menuju ke ruang tamu tahanan yang jaraknya hanya sekitar 15 meter. Miranda berjalan tenang mengenakan pakaian gelap didampingi seorang petugas perempuan. Ibadah memang tidak dilangsungkan di area rutan. Petugas sudah menyiapkan area tatap muka atau ruang tamu tahanan agar bisa digunakan Miranda beribadah. Biasanya di sanalah seorang tahanan menerima tamu-tamu dan keluarganya. Sekitar pukul 15.30, pendeta Rum yang mencatatkan namanya di buku tamu berasal dari gereja di kawasan Bintaro itu keluar. Saat ditanya wartawan bagaimana kondisi Miranda saat mengkuti ibadah yang dipimpinnya, dia tidak mau berkomentar. “Saya bukan petugas KPK, tanya petugas ini saja,” jawabnya sambil menunjuk seorang satpam yang menampinginya berjalan keluar gedung KPK. Bahkan, saat disinggung apa saja ayat-ayat Alkitab yang dibacakan dan kotbah yang diberikannya kepada Miranda dia juga tidak mau menerangkan. “Cuma ibadah seperti umumnya saja. Tidak ada (ayat-ayat khusus, red),” ujarnya singkat sambil terus berusaha tutup mulut menjawab pertanyaan para wartawan. (kuh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: