Kandidat Presiden Trump Masih Buat Publik Takut

Kandidat Presiden Trump Masih Buat Publik Takut

  JAKARTA - Kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus melenggang di panggung politik dengan elektabilitas meningkat. Hal tersebut turut memancing beragam respons dari kancah internasional termasuk Indonesia. Kekhawatiran dampak yang diterima oleh Indonesia terkait hubungan diplomatik dengan negara adidaya tersebut pun muncul. Pakar Politik Internasional Universitas Gajah Mada (UGM) Dafri Agussalim menilai, preseden buruk sudah ditanggung oleh Trump selama kampanye. Bukan hanya dari publik Indonesia, dari berbagai publik negara mayoritas islam atau pendukung pluralisme tak puas dengan citra yang dibangun oleh kandidat Partai Republik itu. ’’Prinsip anti Islam yang pernah dia nyatakan jelas menjadi masalah. Mungkin dalam unsur GtoG (Antar pemerintah) masih bisa menjalin komunikasi. Namun, unsur-unsur masyarakat Indonesia yang notabene mayoritas Islam jelas bakal menekan pemerintah Indonesia untuk memberi respons tegas kepada Trump,’’ jelasnya. Padahal, lanjut dia, apa yang bisa ditawarkan oleh Donald Trump jika menjadi pucuk pimpinan Gedung Putih juga bisa bermanfaat bagi Indonesia. Misalnya, sikap dia yang cukup keras menghadapi persaingan dengan Tiongkok. Hal itu dirasa bisa membuat AS mendukung pihak Asia Tenggara terkait isu-isu kontroversial Tiongkok seperti Laut Cina Selatan. ’’Saya juga ragu Trump bisa mengimplementasikan konsep kebijakan yang diterapkan. Pasalnya, kekuatan politik AS bukan hanya dari presiden. Elemen-elemen lain seperti kongres hingga pelaku bisnis sudah pasti menekan jika benar dia ingin menutup akses. Sebab, uang yang didapat dari Timur Tengah juga tidak sedikit,’’ ungkapnya. Karena itu, dia mengaku bahwa masih terlalu awal untuk mengambil kesimpulan. Meskipun, dia mengakui bahwa diplomasi pribadi Trump buruk. Hal tersebut bisa berubah saat dia masuk ke gedung putih dan bertemu dengan staf pendukungnya. ’’Yang jelas, publik internasional bakal terus memantau bagaimana sikap Trump saat kesempatannya semakin besar. Dari beberapa saat ini juga saya nilai sudah cukup melunak,’’ imbuhnya. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, kekhawatiran dunia jika saja Donald Trump terpilih menjadi presiden tak bisa ditampik. Pasalnya, konsep nasionalisme sempit yang diusung pada kampanye pribadinya jelas bakal menjadi bertentangan dengan politik dunia. ’’Sebagai negara yang punya peran besar dalam perekonomian dunia, jelas nasionalisme sempit itu akan bertabrakan dengan prinsip ekonomi internasional. Hal ini membuat prospek untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dunia,’’ ungkapnya. (bil)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: