Ketua MUI Kuningan Heran, Jumlah PSK Terus Bertambah

Ketua MUI Kuningan Heran, Jumlah PSK Terus Bertambah

KUNINGAN – Mendengar jumlah PSK (Pekerja Seks Komersil) di Kuningan kian bertambah banyak, Ketua MUI Kuningan KH Abdul Aziz AN terperanjat. Sebab selama ini Kuningan dikenal sebagai daerah religius. Bahkan dalam beberapa tahun ini Kuningan dicanangkan bervisi MAS (mandiri, agamis dan sejahtera). Abdul Aziz mengatakan, Kuningan Agamis sesuai Visi MAS (mandiri agamis dan sejahtera) masih jauh dari harapan. Karena ketika mendengar Kuningan Agamis yang ada di benak siapapun adalah Kuningan relegius yang bebas dari hingar bingar kemaksiatan, seperti prostitusi, judi, mabuk, narkoba, pemerkosaan maling dan lain sebagainya. “Waduh, saya miris nih, apakah ini sebagai indikator kegagalan pemerintah dalam mewujudkan Kuningan Agamis. Coba bayangkan, PSK di Kuningan sampai 700 orang, naik dua puluh orang jadi 720 orang. Dua puluh orang itu kata KPA tidak signifikan, laaa ilaaha illallaaah. Emang pengennya tambah berapa sih?,” ketus kyai yang akrab disapa uwa haji itu, Minggu (22/5). PSK itu, imbuh Aziz, merupakan penghalusan kata dari pelacur. Pelacur itu, lanjut dia, seharusnya terus berkurang, bukan malah bertambah. Satu orang penambahan pun mestinya jangan. “Padahal, mengukur daerah itu sebetulnya mudah. Kalau suatu daerah banyak pelacurnya apakah itu Agamis?,” kata Aziz. Ulama yang suka ceplas-ceplos ini menambahkan, 720 itu laporan resmi KPA di media masa. Artinya KPA berbicara atas dasar fakta dan data bukan sembarang ngomong. “Lantas apakah tidak malu selama ini kita gembar-gemborkan ‘Kuningan Agamis’ tetapi ratusan PSK berkeliaran tiap malam,” celetuk Aziz geram. Ketika ditanya seperti apa seharusnya pemberantasan PSK itu? Aziz menjawab dengan sangat enteng. “Loh datanya sudah ada kok, lokasinya juga sudah jelas, tinggal orangnya dirazia, tempat kos-kosannya ditutup, apa sih susahnya?,” tegasnya. Ia melanjutkan, KPA yang didanai oleh pemerintah jangan hanya untuk pemetaan saja. Namun mesti punya konsep tindak-lanjut. “Ingat, kemaksiatan seperti prostitusi itu sumber malapetaka di suatu negeri. Pekerjaan yang akan menghilangkan barokah kesuburan negara. Alquran surah An-Nisa jelas mengatakan prostitusi itu saa-a sabiila, se-jelek jeleknya jalan kehidupan,” ungkap Aziz. Ia menegaskan, ulama bertugas hanya amar ma’ruf dengan mulut. Sedangkan yang harus nahi munkar itu menjadi tugas pemerintah yang memiliki dana dan kekuasaan. “Jangan salah, ulama itu tugasnya hanya amar Ma’ruf dengan mulut saja, bisa apa sih para Kiyai dalam memberantas pelacuran?. Yang harus nahil munkar itu pemerintah karena mempunyai dana dan kekuasaan. Oleh karena itu kerja sama ulama umaro harus dibuktikan di lapangan, jangan dimulut saja,” pungkas Aziz. (ded)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: