Pertamina Sosialisasi Industri Hulu Migas

Pertamina Sosialisasi Industri Hulu Migas

LEMBANG - PT Pertamina EP bersama SKK Migas sosialisasi materi mengenai industri hulu migas kepada rekan media di Jawa Barat, Kamis-Jumat (26/5). Bertempat di Hotel SanGria Lembang, acara ini mengusung tema \"Media Workshop Sinergi Pertamina EP dan Media di Wilayah Kerja Asset 3\". Pada kesempatan ini, Ryan B Wurjantoro (kepala Urusan Media SKK Migas), Imam Wahyudi (Dewan Pers) dan Ridwan Nyak Baik (Pengamat Migas) turut hadir sebagai pemateri. Sementara Sekretaris Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jawa Barat Mujib Prayitno sebagai moderator. Berbagai materi mengenai industri hulu migas dan etika jurnalistik disampaikan para pembicara. Salah satu yang menjadi bahasan menarik dalam workshop tersebut mengenai proses bisnis industri hulu migas mulai dari tahapan seismik hingga tahapan abandonement sebuah sumur. \"Ada tiga karakteristik penting dalam industri migas yang perlu diketahui, yaitu high tech, high cost dan high risk. Risk-nya di sini tidak hanya perihal keselamatan kerja saja, tapi juga resiko untuk rugi jika pekerjaan atau sumur yang dikerjakan kontraktor tidak menghasilkan apa-apa alias dry hole\" ungkap Ryan B Wurjantoro. Lebih lanjut, Ryan memberikan contoh perihal tahapan hulu migas yang saat ini sedang berlangsung, yaitu proses seismik 3D Akasia Besar. Ryan menyampaikan, Akasia Besar merupakan contoh tahapan awal dari proses bisnis hulu migas yg masih panjang lagi tahapannya, hingga menghasilkan minyak dan gas. \"Apabila tahapan ini tidak dilewati, maka tahapan selanjutnya tidak bisa dilakukan dan tentu penerimaan negara dari migas terganggu. Terlebih cadangan migas yang kita miliki saat ini perkiraan hanya tinggal 13 tahun lagi,\" ujarnya. Sementara itu, Ridwan Nyak Baik yang juga berprofesi sebagai Upstream Strategic Business Support and Communication Specialist memandang, rekan-rekan media dan humas khususnya di perusahaan migas sebaiknya dapat membangun koalisi yang simbiosis mutualisme. Selama ini, perspektif antara humas dan pers masih dikotomistis, yakni di mata pers, humas adalah pembohong, sebaliknya di mata humas, pers hanya mencari-cari kesalahan. \"Dalam industri hulu migas, banyak sekali isu-isu potensial seperti kegiatan seismik yang dilakukan untuk menemukan cadangan migas ini seharusnya dapat dielaborasi dalam pemberitaan yang berimbang, sesuai fakta dan informatif. Dari situ dapat terbentuk sinergisitas antara media dan perusahaan,\" bebernya. Selanjutnya, selain pembahasan tentang proses bisnis hulu migas, Dewan Pers, Imam Wahyudi menyampaikan perihal peran media dan etika jurnalistik yang harus dimiliki oleh para pewarta. Banyaknya wartawan abal-abal di era reformasi saat ini, membuat perusahaan, instansi pemerintah maupun masyarakat menjadi resah. \"Kebebasan berpendapat di era reformasi ini mendorong lahirnya wartawan abal-abal, sangat berbeda dengan era orba dulu. Pemberitaan yang tidak berimbang bahkan tidak konfirmasi ke narasumber terlebih dahulu merupakan salah satu pelanggaran kode etik jurnalistik,\" bebernya. Lebih lanjut Imam menambahkan, untuk memerangi para wartawan ‘abal-abal’ ini merupakan tanggung jawab seluruh pihak. \"Kita tentu saja tidak bisa bergerak sendiri, memang harus ada ketegasan dari seluruh pihak terkait seperti pemerintah, perusahaan maupun institusi media untuk menegakkan kode etik jurnalistik yang sudah ditetapkan,\" jelasnya. Selain workshop, kegiatan ini juga diisi berbagai acara seperti lomba menulis artikel dan fun games. Serta pembagian doorprize untuk para peserta workshop. (nda/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: