Inginkan Akhir Italia Penuh Gaya
TIDAK ada yang aneh ketika timnas Italia melakukan sesi foto pertama tim di markas latihan Italia di Coverciano, Kamis kemarin (2/6). Saat itu, Presiden FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) Carlo Tavecchio, yang mengenakan setelan jas hitam, duduk bersama dengan allenatore Antonio Conte, sementara ke-23 skuad berada di sisi kiri, kanan, dan diatas mereka sambil berdiri. Para pemain reguler mengenakan kostum home biru-putih, sedangkan para kiper, Gianluigi Buffon, federico Marchetti, dan Salvatore Sirigu, masing-masing mengenakan jersey baik kandang maupun away. Namun, pada sesi pemotretan yang kedua, seluruh skuad, baik pemain maupun pelatih, tidak lagi mengenakan jersey, maupun jaket kepelatihan. Sebagai gantinya, seluruh tim berjuluk Gli Azzurri tersebut kompak mengenakan setelah hitam-hitam dengan logo FIGC di dada sebelah kiri. Sesi foto kedua tersebut memang dimaksudkan sebagai promosi. Sebab, selama turnamen yang berlangsung sampai Juli mendatang, kebutuhan pakaian Gianluigi Buffon dkk bakal disuplai oleh desainer kondang Negeri Pizza, Dolce&Gabbana. Namun, ada makna lain yang diinginkan oleh Conte dari jas hitam itu ketika Italia bersiap bertarung dengan Belgia, Swedia, maupun Republik Irlandia di Grup B nanti. Setelah pada Euro Polandia-Ukraina empat tahun lalu mereka harus menjadi runner up karena kandas 0-4 dari Spanyol, Conte menginginkan sebuah akhir yang penuh gaya. Atau dengan kata lain, Italia mampu mengangkat trofi kedua setelah 48 tahun, atau pada edisi 1968 silam di kandang sendiri. Akhir? Tentu saja. Sebab, setelah Euro, Conte harus terbang ke London untuk mempersiapkan Chelsea menyongsong Premier League musim depan. Pelatih 46 tahun itu mengatakan dibanding 2012, di Euro Prancis ini, banyak pihak yang melihat skuadnya dengan sebelah mata. Seperti yang dilakukan oleh eks kiper Italia di Euro 2000, Francesco Toldo, yang mengatakan bahwa skuad Conte saat ini sudah kehilangan sosok bintang yang mampu dijadikan panutan maupun pemimpin, di samping Buffon tentunya. ”Ini bakal menjadi momen yang begitu berat bagi Italia. Jujur saja, kami tidak memiliki pemain utama yang bisa berdiri dengan gagah di depan kami,” keluhnya kepada Omnisport. Conte mengakui argumentasi itu. Namun, dia melihat Italia masih memiliki senjata utama yaitu semangat dan kekompakan tim. ”Aku bakal bekerja keras untuk meningkatkan hal ini. Jika bisa, maka status sebagai pihak luar tentu tidak akan terlalu mengganggu kami,” katanya seperti dilansir BBC. Lebih lanjut, Conte juga mengatakan bahwa dia sudah mempersiapkan segala hal untuk membantu kelancaran karirnya di Stamford Bridge, markas Chelsea, nanti. Salah satunya terkait dengan bahasa. Conte menjelaskan bahwa dia mendapat banyak masukan dari seniornya, Carlo Ancelotti, yang sempat membesut The Blues, julukan Chelsea, periode 2009-2011. Conte mengatakan bahwa dia begitu kesulitan dengan Bahasa Inggris pada awal membesut Chelsea. ”Bahasa Inggrisku sudah berkembang banyak karena aku mengambil kursus,” tuturnya dengan percaya diri seperti dikutip Daily Mail. Apa kata favoritnya dalam Bahasa Inggris? ”Aku paling suka dengan kata to fight (berjuang),” lanjut Conte. (apu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: