Matador Belajar dari Kesalahan
DONESTK - Satu tempat di final Euro 2012 sudah pasti menjadi milik wakil Iberia. Itu setelah dua negara yang terletak di semenanjung barat daya Eropa tersebut, Portugal dan Spanyol, akan saling jegal di Donbass Arena, Donetsk, dini hari nanti (siaran langsung RCTI kickoff 01.45 WIB). Bagi Spanyol, lolos ke final berarti asa mempertahankan gelar empat tahun lalu di Austria-Swiss sekaligus ambisi menjadi tim pertama yang mampu meraih back to back champions. Sedangkan bagi Portugal, menembus partai puncak bakal menyamai prestasi terbaiknya di Euro 2004. Sejarah pertemuan memang lebih berpihak kepada Spanyol. Dari 34 laga di berbagai ajang, Tim Matador -sebutan Spanyol- meraih kemenangan 16 kali. Bandingkan dengan Portugal yang hanya menang 6 kali, sedangkan sisanya berakhir seri. Tapi, pertemuan terakhir bukan milik Spanyol. Dalam sebuah laga uji coba di Estadio da Luz, Lisbon, pada November 2010, Portugal di luar dugaan mencatat kemenangan dengan skor mentereng. Empat gol tanpa balas! Sekalipun berlabel persahabatan, kekalahan itu menodai reputasi Spanyol yang empat bulan sebelumnya menahbiskan diri sebagai juara dunia di Afrika Selatan. Dalam perjalanan merebut titel sebagai tim terbaik sejagat tersebut, Spanyol juga menyisihkan Portugal 1-0 di babak 16 besar. Kekalahan telak di Lisbon sekaligus menjadi pelajaran berharga Spanyol. Kala itu, pemain Spanyol dianggap terlalu fokus menjaga bintang utama Portugal Cristiano Ronaldo. CR7 -sapaan akrab Ronaldo- memang sukses dikunci rapat. Tapi, Helder Postiga (dua gol), Hugo Almeida, dan Carlos Martins silih berganti mengoyak gawang Iker Casillas. “Kekalahan itu tidak terlalu menyakitkan (karena terjadi di uji coba, red), tapi membuat kami terus mengingatnya,” kata defender Spanyol Gerard Pique kepada Reuters. “Kala itu, kami membuat banyak kesalahan dan kehilangan konsentrasi ketika mendapat serangan balik lawan,” sahut pelatih Spanyol Vicente del Bosque seperti dilansir stasiun radio Onda Cero. Cesc Fabregas, gelandang serang Spanyol, juga menyebut serangan balik sebagai senjata utama Portugal yang harus diredam timnya. “Jika saya pelatih Portugal dan memiliki Nani serta Cristiano Ronaldo, saya mungkin mengusung strategi yang sama,” jelas bintang Barcelona tersebut sebagaimana dilansir dari Marca. Fabregas, sepertinya, akan kembali dipercaya starter dibandingkan Fernando Torres. Dengan kata lain, Spanyol masih mempertahankan the winning team saat mengalahkan Prancis 2-0 di perempat final (23/6). Di sisi lain, Portugal malah kehilangan penyerang tengah Helder Postiga karena hamstring. Itu membuat pelatih Portugal Paulo Bento untuk kali pertama mengubah susunan sebelas pemain inti di Euro. Bento memang masih memiliki cadangan striker seperti Hugo Almeida atau Nelson Oliveira. Hanya, dibandingkan Postiga, keduanya tidak terlalu klik dengan Ronaldo dan Nani. Almeida kurang lincah karena postur tinggi besarnya, sedangkan Nelson masih muda (20 tahun) dan minim jam terbang. Absennya Postiga pun berpotensi mengganggu tren positif Ronaldo yang menjaringkan tiga gol dalam dua laga terakhir. Itu membuat Ronaldo berada di daftar teratas pemain tersubur turnamen bersanding dengan Alan Dzagoev (Rusia), Mario Gomez (Jerman), dan Mario Mandzukic (Kroasia). “Saya siap bekerja sama dengan siapa pun karena siapa pun pemain yang diturunkan pelatih tentu sudah dipikirkan dengan matang,” kata Ronaldo kepada A Bola. Ronaldo juga menyangkal dirinya tertekan mengingat lawan yang dihadapi adalah Spanyol dengan barisan pemain yang mengenal baik gaya permainannya. “Sudah sepuluh tahun saya bermain di level internasional dan saya sudah terbiasa. Saya juga tidak stres karena saya masih memiliki tanggung jawab bersama Portugal,” tutur pemilik 94 caps dan 35 gol tersebut. (dns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: