Swiss vs Prancis, 100 Pour Cent

Swiss vs Prancis, 100 Pour Cent

VILLENEUVE-D\'ASCQ - Didier Deschamps sudah tidak perlu sepanik seperti pada laga pertamanya melawan Rumania (11/6). Didi – panggilan Deschamps – pun tidak perlu deg-degan lagi seperti ketika baru memastikan victory atas Albania (16/6) di menit-menit akhir. Kini, Didi sudah boleh duduk manis di bangkunya. Karena, pressure bagi Didi tidak seberat dua laga sebelumnya. Terutama ketika melawan Swiss dalam laga pemungkas Grup A, di Stade Pierre-Mauroy, Villeneuve-D\'Asq, dini hari nanti WIB. Andai menelan kekalahan atas Swiss seperti yang terjadi pada laga uji coba tahun 1992 silam pun tidak akan menunda kelolosan Les Bleus – julukan Prancis – ke fase 16 Besar. Enam poin Prancis sudah tidak mungkin terkejar oleh Rumania atau bahkan Albania. Minimal, Prancis lolos dengan status sebagai runner up Grup A. \'\'Namun, bukan itu yang kami cari. Kami ingin mengakhiri perjalanan kami di fase grup ini dengan indah,\'\' ucap gelandang bertahan Prancis, N\'Golo Kante, seperti dikutip Four Four Two. Ya, Kante ingin Prancis mengakhirinya dengan indah. Mengakhiri fase grup dengan hasil yang sempurna, alias tidak terkalahkan. Atau, dalam bahasa Prancis disebut 100 pour cent. Itulah misi yang tidak mudah dibandingkan membuka jalan ke fase 16 Besar. Sepanjang partisipasinya di Euro, Prancis selalu kesulitan menyapu bersih laga di fase grup. Maksimal dua kali menang dari tiga laga di fase grup. Prancis hanya satu kali mampu menyapu bersih tiga laga fase grup dengan kemenangan. Itu pun ketika bertindak sebagai tuan rumah pada Euro 1984. Prancis menjadi negara tuan rumah Euro pertama yang menyapu bersih semua laga di fase grup, lalu diikuti Belanda pada Euro 2000. Bagusnya, dengan rekor 100 persen di fase grup Prancis mampu menjuarai 1984. Apakah rekor itu akan berulang pada generasi Prancis tahun ini? Gelandang Leicester City tersebut enggan berandai-andai. Yang terpenting baginya memenangi laga kontra Swiss terlebih dulu. \'\'Karena ini momen indah bagi tim, momen yang indah juga bagi fans,\'\' sebutnya. Kali terakhir, Prancis mengandaskan La Nati – julukan Swiss – 5-2 dalam laga fase grup Piala Dunia 2014. Kante menilai, Swiss sudah berbeda. Sama seperti Prancis yang sudah tidak seperti pada Piala Dunia dua tahun lalu. \'\'Tidak akan mudah menjinakkan lawan yang ingin tetap bertahan dalam turnamen ini,\'\' katanya. \'\'Swiss hanya butuh satu poin untuk lolos ke 16 Besar (lolos otomatis), dan saya yakin mereka pasti akan bertarung sampai menit terakhir untuk target itu. Tapi, tenang saja. Kami tetap memenangi laga tersebut di akhir,\'\' imbuhnya. Swiss minimal bisa lolos ke 16 Besar dengan memanfaatkan status sebagai peringkat ketiga terbaik. Begitu amannya Didi dari pressure, sampai-sampai entraîneur yang berhasil mengembalikan Juventus mentas ke Serie A pada 2007 silam tersebut berani mengulangi eksperimennya yang nyaris gagal. Dilansir dari surat kabar Prancis, L\'Equipe, Didi bakal melakukan banyak perombakan dalam komposisi pemainnya nanti. Dari sisi formasi, Didi kemungkinan menjajal formasi 4-2-3-1 seperti yang dia aplikasikan ke dalam permainan Prancis pada 45 menit pertama kontra Albania lalu. Pun demikian dari sisi pemain-pemain yang bakal Didi mainkan. Di antara semua posisi, penjaga gawang dan back four-nya tidak akan mengalami perubahan. Hugo Lloris, Bacary Sagna, Laurent Koscielny, Adil Rami, dan Patrice Evra tetap diberikan minutes play. Untuk posisi tengah ke depan, Kante dan Dimitri Payet tidak akan tergeser dari posnya. Perubahan paling kelihatan adalah disimpannya Paul Pogba dan Antoine Griezmann dan bermainnya Kingsley Coman dan Anthony Martial. Martial akan menempati posisi Payet di sayap kiri. Lalu, Coman mengisi posisi Griezmann di sayap kanan. Sedangkan Payet akan bergeser menjadi pemain nomor sepuluh. Ketiga pemain itu akan menopang serangan yang kali ini tidak diberikan kepada Olivier Giroud. Melainkan kepada Andre-Pierre Gignac. Selain untuk menjaga kebugaran Giroud untuk babak 16 Besar, bomber Arsenal tersebut sudah mendapatkan kartu kuning. Selain Giroud, Kante sebenarnya juga sudah mengantongi satu kartu kuning. Akan tetapi, mengingat perannya yang vital dalam transisi bertahan-menyerang Prancis, Kante pun tetap dipertahankan. Kante akan ditemani Yohan Cabaye untuk mengisi posisi poros ganda. Deschamps menyiapkan Blaise Matuidi untuk menjadi partner Cabaye. \'\'Apapun strategi permainan kami nanti, yang terpenting adalah bagaimana kami bisa mengawali gol-gol kemenangan secepat mungkin,\'\' koar Payet, dikutip di L\'Equipe. Benar kata Payet. Juara Euro dua kali itu harus waspada dengan tren Swiss yang bisa menjebol gawang lawan pada 30 menit pertama. Lima gol dari lima laga terakhir anak asuhan Vladimir Petkovic itu mencetak tiga gol pada 30 menit pertama. Artinya, 60 persen gol-gol Stephan Lichtsteiner dkk bisa hadir pada 30 menit pertama. Di Euro, baru sekali Swiss mencetak gol pada menit-menit awal. Satu gol lainnya yang dicetak Admir Mehmedi ke gawang Rumania lalu (15/6) terjadi pada menit ke-57. \'\'Besok kami akan bermain untuk mengalahkan mereka,\'\' klaim Mehmedi, sebagaimana dilansir dari Gazzetta dells Sport. \'\'Revans juga ingin kami tuntaskan di sini,\'\' lanjut pemain Bayer Leverkusen itu. Swiss yang berperingkat 15 FIFA itu harus memanfaatkan peluang lolos dari fase grup di Euro 2016. Itu karena sepanjang keikut sertaannya dalam major tournament paling bergengsi di benua biru itu, belum sekalipun Swiss lolos dari fase grup. Selalu saja mentok di fase grup. \'\'Berat memang. Tapi, kalau kami bisa dominan melawan Rumania, kenapa tidak dengan Prancis,\'\' sebutnya. (ren)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: