Kuliner Khas Kudus, Dari Garang Asem sampai Tahu Telur

Kuliner Khas Kudus, Dari Garang Asem sampai Tahu Telur

KUDUS – Kota Kudus selalu menarik dikunjungi. Dari mulai berziarah ke Menara Kudus, sampai ke Makam Sunan Muria, semua terlihat pas untuk dikunjungi saat libur Lebaran 2016 nanti. Nah, bagi Anda yang hobi wiskul alias wisata kuliner, sebaiknya Anda jangan lupa mencicipi masakan khasnya. “Kuliner di Kudus itu khas, karena tidak pakai daging sapi. Biasanya diganti dengan daging kerbau atau kambing,” ungkap Menpar Arief Yahya di Jakarta. Konon, itu terkait dengan kisah akulturasi antara Islam di era Sunan Kudus, dengan masyarakat asli yang masih beragama Hindu Budha, Mataraman. Sunan Kudus menggunakan cara yang pintar, yakni tidak memakan atau menyembelih sapi. Karena sapi adalah binatang yang keramat bagi umat Hindu. Sapi adalah “titihan” atau binatang peliharaan dewa. “Sunan Kudus sangat menghormati umat beragama lain, dan mengajarkan sikap-sikap toleransi, sejak dari kuliner,” jelas Arief Yahya. Kuliner Kudus juga tergolong khas, karena tidak semua tempat atau kota bisa dijumpai jenis-jenis masakan itu. Seperti Lenthog Tanjung, atau lentog, yang hanya dijual di desa Tanjungkarang, Berikut ini makanan khasnya Kudus di #PesonaKulinerKudus, #PesonaLebaranKudus, #PesonaIndonesia, #WonderfulIndonesia. 1. Lenthog Tanjung Lentog artinya Lontong. Dahulu, penjualnya berasal dari Desa Tanjungkarang (Tanjung). Maka dinamai Lentog Tanjung. Namun kini telah menyebar ke seluruh pelosok kota Kudus. Yang unik dari lentog adalah ukuran lontongnya yang sebesar betis orang dewasa. Biasanya lentog tanjung dinikmati sebagai menu untuk sarapan, terdiri dari 3 bahan utama, ada lontong yang dipotong kecil-kecil, sayur gori (nangka muda) dan lodeh tahu. Lentog Tanjung terdiri dari 2 kata, lentog dan tanjung. Lentog atau yang biasanya disebut lontong adalah sebuah makanan yang yang terbuat dari beras yang dibungkus daun pisang. Sedangkan tanjung (Tanjungkarang) adalah sebuah desa yang berada tepatnya di kecamatan Jati Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ya memang makanan khas pagi ini dahulu hanya berasal dari desa sana dan hanya dijual disekitar daerah tersebut dan ramai pada saat hari Minggu atau libur. Sekarang pun masih ada, walaupun dibeberapa tempat di lain desa juga berdiri warung warung yang menawarkan lentog Tanjung. 2. Garang Asem Kudus Jika Anda berkendara dari Semarang, masuk ke Kota Kudus. Sebelum pintu gerbang utama Kudus, Anda akan menemukan warung Garang Asem paling terkenal di Kota Keretek ini. Berhadap-hadapan dengan Gedung Persaudaraan Haji. Garang asem adalah sejenis lauk yang dibungkus dengan daun pisang lalu dimasak dengan cara dikukus (digarang). Ada garang asem yang terbuat dari ayam yang disuwir kecil-kecil dan ada juga yang dibuat dari jeroan ayam, ikan, dan tahu. Garang asem ini memiliki citarasa asam pedas karena menggunakan irisan tomat hijau dan potongan cabe. 3. Soto Kudus Soto Kudus itu agak berbeda dengan soto dari kota-kota lain di tanah air. Khas. Soto Kudus adalah salah satu kuliner khas Kudus yang sudah terkenal senusantara. Ada dua jenis soto kudus, yaitu soto ayam dan soto kerbau. Pada awalnya soto kudus dibuat dengan menggunakan daging kerbau karena pada jaman dahulu Sunan Kudus melarang sapi disembelih demi menghormati pemeluk agama Hindu yang saat itu mendominasi masyarakat Kudus. Untuk isian selain daging, soto kudus lebih simple dibanding soto nusantara lainnya. Isian soto kudus antara lain adalah irisan kol, tauge, seledri, dan taburan bawang goreng. Soto kudus ini memiliki citarasa manis gurih yang khas. Mangkuknya lebih kecil dari Soto Bangkong Semarang, Soto Mbok Giyem Boyolali, Soto Rumput Boyolali. Bahkan lebih mungil lagi dibandingkan dengan Soto Gading Solo. Bagi yang doyan makan, dua mangkuk itu rasanya masih belum cukup membuat perut kenyang. 4. Nasi Pindang Kuliner khas Kudus yang satu ini berasal dari Desa Colo, di lereng Gunung Muria. Nasi pindang adalah kuliner berupa nasi dan olahan daging kerbau yang disajikan dengan kuah pindang dan daun melinjo. Kuah pindang kerbau ini berwarna kecoklatan karena dicampur dengan kluwak. Nasi pindang ini memiliki citarasa kuah yang gurih manis. Nasi pindang ini biasa disajikan di atas pincuk atau piring beralas daun pisang. Sepintas, nasi pindang ini memang agak mirip dengan rawon Surabaya, yang kuahnya berwarna gelap. 5. Sate Kerbau Sate Kerbau lebih mudah ditemui di Kota Kudus, daripada daging sapi. Kuliner khas Kudus yang satu ini merupakan kuliner favorit masyarakat Kudus. Jangan buru-buru berpikir bahwa sate kerbau ini pasti liat dagingnya. Dalam pengolahan sate kerbau, daging kerbau dicincang terlebih dahulu, lalu dimemarkan dengan cara dipukul-pukul, lalu dibumbui dan dimasak. Setelah didiamkan selama beberapa jam baruditusuk dan dibakar. Pembakarannya tidak terlalu lama sehingga daging tidak menjadi keras. Sate kerbau ini disantap dengan bumbu yangterbuat dari campuran kacang tanah, serundeng, bawang merah, bawang putih, dan kentang yang dihaluskan. 6. Tahu Telur Malam hari, silakan melintas di Jalan Sunan Kudus. Anda akan menemukan angkringan sepanjang jalan itu, baik di sayap kiri maupun kanan jalan. Jualannya hanya satu saja, tahu telur. Telor digoreng, bersama potongan tahu, dibumbui dengan bumbu pecel plus bawang putih yang terasa asyik di mulut. 7. Ayam Gongso Jangan salah paham. Gongso itu bukan berarti gosong, atau terlalu lama memasak dan dibakar api. Dalam bahasan jawa, gongso artinya adalah tumisan. Ayam gongso ini merupakan tumisan ayam dengan bumbu kecap. Citarasanya tentu saja manis, gurih, dan pedas. Penganan sederhana dengan rasa istimewa ini terasa lebih mantap lagi saat disantap bersama nasi goreng. 8. Pecel Pukis Pecel pakis Colo adalah kuliner khas Kudus yang berasal dari Desa Colo. Pecel ini menggunakan bahan utama sayuran daun pakis dan bahan pelengkap seperti tauge dan kacang panjang. Tumbuhan pakis memang banyak tumbuh di lereng-lereng Gunung Muria. Konon, pecel pakis di Colo bermula ketika seorang warga Colo menjadi juru masak di Keraton Solo. Keluarga Keraton sangat menggemari pecel pakis sehingga juru masak ini pun harus pandai memasaknya. Setelah tidak menjadi juru masak keraton, ia kembali menetap di kampung halamannya. Anak sang juru masak inilah yang lalu membuka warung pecel pakis di wilayah wisata Colo. 9. Parijoto Ini bukan makanan olahan melainkan buah unik dari lereng Gunung Muria. Buah ini hanya tumbuh subur di lereng Gunung Muria saja sehingga banyak wisatawan yang membelinya sebagai oleh-oleh khas Gunung Muria, Kabupaten Kudus. Parijoto juga diabadikan sebagai motif batik Kudus. Konon buah ini dapat membuat anak dalam kandungan menjadi cantik dan tampan. Biasanya ibu hamil memakan buah ini pada usia kandungan menginjak lima bulan namun ada juga yang memakannya saat usia kandungan baru dua atau tiga bulan. Dikarenakan rasanya yang asam dan agak getir, buah ini biasanya dijadikan sebagai rujak atau direbus dahulu sebelum dikonsumsi. Buah dengan nama latin Medinella speciosa L ini secara medis memiliki kandungan kimia saponin dan kardenolin pada daun dan buahnya, sedangkan pada buahnya mengandung flavonoid dan daunnya mengandung tannin yang berkhasiat sebagai obat sariawan dan obat diare. Anda tertarik untuk memperbaiki keturunan? Silahkan coba buah Parijoto ini. 10. Lepet Lepet berasal dari kata “lepat” atau “luput” dalam Bahasa Jawa yang artinya kesalahan. Hidangan ini sering dibuat pada lebaran ketupat atau hari ke tujuh Idul Fitri. Makanan ini terbuat dari beras ketan dan kelapa parut yang dibungkus menggunakan daun kelapa lalu direbus. Biasanya isi lepet ditambah dengan Kacang Tolo namun sekarang sudah dikreasikan dengan ditambah nangka atau pisang sesuai selera. Uniknya ada cerita di balik makanan ini. Orang yang lebih muda mengirimkan Lepet ini bersama Ketupat ke rumah keluarga yang lebih tua, misalnya ibu. Makanan ini digunakan sebagai simbol permintaan maaf maka disebut lepet.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: