Miris, Lautan Sampah di Batembat Hambat Saluran Air

Miris, Lautan Sampah di Batembat Hambat Saluran Air

TENGAHTANI - Penanganan sampah belum juga selesai. Dan ini harus menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon. Kenapa serius? Soalnya, di beberapa tempat terjadi penumpukan sampah karena minimnya sarana angkutan, tempat pembuangan sementara, hingga permasalahan penuhnya daya tampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Nah, kali ini, saluran air di Desa Betembat, tepatnya di Bendungan Suplesi Canggung, sampah juga menumpuh hingga menghambat aliran air, Jumat (15/7). Sampah tersebut berasal dari pembuangan yang terbawa arus sungai. Juga sampah-sampah limbah rumah tangga dari masyarakat sekitar. Jaedin (45), salah seorang warga mengatakan, biasanya kalau musim hujan sampah-sampah tersebut terbawa derasnya aliran sungai. Namun dalam beberapa hari ini, justru sampah menumpuk sehingga membuat sungai menjadi lautan sampah. \"Biasanya terbawa arus sungai, tapi mungkin petugas bendungannya masih lebaran, jadi masih terhambat alirannya,\" ungkapnya. Kondisi lautan sampah di saluran air Bendungan Suplesi Canggung ini hampir sudah menutupi seluruh badan sungai. Aliran air di saluran tersebut pun terhambat. Karena banyaknya sampah itu, membuat sampah mengundang lalat dan juga bau tidak sedap. “Hal ini dibutuhkan kesadaran masyarakat setempat untuk tidak membuang sampah sembarangan,” pesannya. \"Ya gimana lagi, mungkin karena tidak ada tempat pembuangan sampah,\" ucap Sri, warga lainnya. Kini, warga hanya berharap sampah-sampah tersebut bisa terbawa hanyut oleh aliran sungai apabila terjadi hujan deras. \"Sudah lama numpuk, tapi biasanya bersih lagi kalau sudah ada hujan deras karena sampah-sampah itu terbawa arus,\" ucapnya. Sebelumnya, Camat Tengahtani, Siti Tsamrotul Fuad sangat setuju adanya masukan apabila BUMDes dapat mengelola sampah dengan sistem Bank Sampah. Adanya Bank Sampah ini juga, kata dia, bisa merubah pola masyarakat dalam mengelola sampah. Selama ini, perilaku masyarakat dalam mengelola sampah hanya dibuang ke tempat sampah atau dibakar. Padahal sampah juga memiliki nilai ekonomis dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik. Keberadaan Bank Sampah, dinilai mampu menjadi cara terbaik untuk mengelola sampah. Di lain sisi, sarana dan prasarana tempat sampah juga teramat sedikit. Di Tengahtani saja, lanjut Siti, hingga kini masih belum ada Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk menyediakan sarana tempat sampah. Pola mengelola sampah masyarakat hingga kini masih dibuang ke tempat sampah, dibakar atau dikubur di lobang-lobang sampah. \"Kita akan ajukan ke dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) untuk membuat TPS, termasuk juga nanti melihat kesiapan desa dalam mengelola Bank Sampah,\" ungkapnya. (jml)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: