Fethullah Gulen, Mantan Sahabat yang Jadi Musuh Erdogan
LOS ANGELES - Kudeta gagal di Turki memopulerkan lagi nama Fethullah Gulen. Ulama kelahiran Turki yang kini mengasingkan diri di Amerika Serikat (AS) tersebut dituding sebagai dalang kudeta. Itu terjadi karena hubungan Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan tokoh 75 tahun tersebut tidak baik. Begitu mendengar namanya disebut-sebut sebagai dalang kudeta, Gulen langsung membantah. Dari pengasingannya di Kota Saylorsburg, Monroe County, Negara Bagian Pennsylvania, dia menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat dalam aksi penggulingan pemerintahan Erdogan itu. ’’Saya mengecam keras upaya kudeta oleh militer Turki tersebut,’’ katanya dalam keterangan tertulis. Dari tempat tinggalnya di lembah Pocono Mountains, Gulen merilis pernyataan resmi dua paragraf. ’’Sebagai orang yang menjadi korban serangkaian kudeta militer selama lima dekade terakhir, tuduhan bahwa saya mendalangi kudeta tersebut adalah hinaan besar. Saya membantah keras tuduhan tersebut,’’ paparnya dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat malam waktu setempat (15/7). Lebih lanjut, Gulen menyatakan, pemerintahan yang ideal adalah yang terpilih melalui pemilihan umum yang bebas dan adil, bukan dengan kekerasan. ’’Saya berdoa untuk Turki, rakyat Turki, dan semua orang yang kini berada di Turki supaya seluruh masalah ini bisa segera selesai dengan damai,’’ ungkap pemimpin Gerakan Gulen alias Hizmet (pelayanan) tersebut. Sejak meninggalkan Turki dan menetap di Negeri Paman Sam pada 1999, Gulen menjalani kehidupan yang ’’sepi’’. Dia tidak pernah mau menerima media. Dia menolak diwawancarai atau diambil fotonya. Dia juga sangat jarang meninggalkan kota kecil yang menjadi salah satu tempat meditasi favorit umat Hindu tersebut. Maka, pernyataan tertulisnya Jumat lalu itu menjadi salah satu yang langka. Sebelum mengasingkan diri, Gulen sebenarnya dikenal sebagai salah seorang sahabat Erdogan. Tapi, hubungan dua karib itu renggang pada 2013. Tepatnya setelah muncul investigasi korupsi yang membuat Erdogan dan keluarganya ikut diperiksa. Erdogan langsung menuding Gulen sebagai otak di balik investigasi yang membuat namanya cemar tersebut. Hubungan antara Gulen dan Erdogan pun memburuk. Apalagi setelah Erdogan memasukkan nama Gulen ke daftar buron. Erdogan menganggapnya teroris. Dia juga mendeklarasikan Hizmet sebagai salah satu gerakan yang dilarang di Turki. Sebab, fondasi gerakan berbasis pelayanan itu berbeda dengan ajaran Islam di Turki. Maka, Gulen lantas angkat kaki dari tanah tumpah darahnya. Namun, ternyata keputusan Gulen itu tidak membuat Erdogan berhenti memusuhinya. Pemerintah Turki menuduh sang ulama berusaha mendirikan negara di dalam negara (parallel state). Dia dianggap menghasut rakyat Turki lewat gerakannya, Hizmet, agar menjadikannya pemimpin. Gulen selalu membantah seluruh tuduhan tersebut. Dia juga menolak dianggap makar. ’’Selama lebih dari 40 tahun, Fethullah Gulen dan seluruh pengikut Hizmet selalu menyebarluaskan semangat kebangsaan, demokrasi, dan perdamaian dalam masyarakat,’’ terang Alliance for Shared Values. Aliansi yang dipimpin Gulen itu menjamin bahwa sang ulama masih tetap setia kepada Turki dan tidak pernah berniat menggulingkan pemerintahan. Bahkan, Gulen selalu tidak setuju militer mencampuri politik dalam negeri. (AFP/hep/c19/any)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: