[Catatan] Kudeta Gagal dan Fethullah Gulen
”Mereka yang mengkhianati negeri ini akan dibayar sesuai dengan pengkhianatannya.” ¬-Recep Tayyip Erdogan- KEMARIN malam (15/7) sekitar pukul 21.20 waktu setempat, keriuhan di pusat Ibu Kota Ankara tiba-tiba menyeruak. Jet F-16 terbang di langit Ankara dan sejumlah tank turun ke jalanan. Di waktu bersamaan, terjadi pula di Istanbul. Bandara Ataturk dan salah satu jembatan Bosphorus yang menghubungkan Turki bagian Asia-Eropa ditutup. Tak lama kemudian, media-media lokal Turki menyiarkan tentang ”Percobaan Kudeta” yang dilakukan sejumlah jenderal dan kelompok kecil pasukannya. Upaya kudeta tersebut terjadi ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sedang tidak di Ankara. Dia berada di Kota Marmaris, Provinsi Mugla, daerah pantai terbaik buat turis di Turki. Karena Bandara Ataturk masih diblokade pasukan kudeta, Erdogan berpidato via FaceTime untuk menenangkan rakyat. Pidato Erdogan membakar semangat mereka. Presiden mengajak rakyat Turki untuk turun ke jalan dan melawan percobaan kudeta. Pidato Erdogan disambut histeris mayoritas rakyat Turki. Di Istanbul, mereka lalu berjalan beriringan menuju bandara, memaksa melewati jembatan yang sebelumnya diblokade. Kudeta mereda dan rakyat menjadi tenang ketika Edogan mendarat di Bandara Ataturk sekitar pukul 4 pagi. Presiden langsung berpidato dan kembali mempertegas niatnya untuk menyapih parallel state yang berafiliasi dengan Fethullah Gulen. Bagi Erdogan dan pemerintahannya, kudeta itu semakin memperjelas siapa saja pentolan Gulen yang masih tersisa di tubuh pemerintahan. Dengan kudeta yang gagal tersebut, identitas ”Gerakan Hizmet” yang berafiliasi dengan Fethullah Gulen, tokoh orang Turki yang sejak 1999 pindah ke Amerika, itu semakin benderang. Sejak sekarang, kelompok tersebut sudah tidak lagi bisa menyembunyikan ”wajahnya” di depan penguasa Turki di bawah Erdogan dan tentu akan menjadi musuh bersama bagi rakyat Turki secara umum. Pemerintah menyebut mereka sebagai parallel state sejak 2013, lalu meningkat disebut sebagai FETO (Organisasi Teroris Gulenist) pada sekitar akhir 2014. Jika harus jujur, Hizmet adalah kelompok yang sulit dicari kesalahannya, apalagi sampai menjadi kriminal. Di Turki kelompok itu sudah mengakar sebagai salah satu jamaah Islam yang kuat dengan basis massa yang tak terhitung. Mereka mempunyai ”rumah-rumah” (seperti pesantren) yang menjadi basis pengaderan; gencar memberikan beasiswa kepada pelajar-pelajar dari berbagai penjuru dunia. Selain itu, kelompok tersebut memiliki banyak lembaga sekolah di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Mereka mengampanyekan sisi progresif Islam ke seantero dunia dan membawa wajah Islam damai dan menganjurkan interfaith dialogue di berbagai kegiatan dan gerakannya di dunia internasional. Saya bertemu kali pertama dengan kelompok ini ketika ikut Moslem Exchange Program (MEP) di Australia pada 2011. Karya-karya yang mereka terbitkan di Sydney adalah contoh dari wacana progresif dan sisi moderat dari Islam. Sekali lagi, sampai detik ini, saya tidak menemukan bahaya di balik gerakan ini (!). Tapi, kenapa oleh pemerintah Turki gerakan ini dianggap berbahaya? Di sini analisisnya bisa menjadi kompleks. Kenapa yang awalnya sekongsi, akrab, dan menyumbang suara besar kepada Erdogan dan AKP sejak 2002 akhirnya harus cerai? Atau lebihnya, kenapa Erdogan meradang menuduh mereka ini sebagai parallel state? Selama tiga tahun di sini, saya sulit menjawabnya karena hal itu ”beroperasi di ranah elite”. Tapi, setelah kudeta muncul, kita sudah bisa menjawabnya secara mudah! Perhitungan Erdogan dan mantan PM Ahmet Davutoglu benar. Mereka tahu betul bahwa orang-orang dari kelompok ini sudah ”terlalu dalam” berada di setiap sendi negara. Mereka merubungi ”tubuh Turki hingga ke jantungnya” dan menjadi duri dalam pemerintahannya. Padahal, kelompok ini secara masif sudah dihabisi tiga tahun terakhir. Mereka yang berada di tubuh kepolisian dicopot, pentolan kelompok ditangkap, dan dalam satu tahun terakhir media-media yang berafiliasi dengan kelompok Gulen diambil alih pemerintah. Selain itu, lahan-lahan bisnisnya pun ditutup. Tapi, kenapa mereka masih mampu menggalang sisa kekuatan di tubuh militer dan melakukan percobaan kudeta? Jelas, kelompok ini sudah begitu dalam menggurita di tubuh pemerintahan. Kader-kader militan mereka sudah masuk ke tubuh sistem pemerintah Turki. Dalam tragedi kudeta gagal tersebut, pahlawan utama adalah Erdogan. Kedatangannya ke tengah-tengah rakyat di Istanbul membuat tokoh nomor satu itu menjadi semakin penting keberadaannya di Turki. Dengan lantang Erdogan berjanji menyapih habis sisa-sisa kelompok Hizmet. Sebab, pentolan kelompok sudah terlihat benderang, tinggal dicomot dan dijebloskan ke penjara. Akhirnya saya bisa berandai-andai: jika saja Erdogan telat menyikapi kelompok ini, saya tidak bisa membayangkan gerakan besar apa yang akan terjadi dan sebenarnya menjadi tujuan tersembunyi di balik kelompok ini, tujuan yang tidak pernah diketahui oleh para jamaah di akar rumput! *Mahasiswa pascasarjana sosiologi di Selcuk University, Konya. Pendiri situs khazanah Turki www.turkishspirits.org. Follow di Twitter @_bje
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: