Sampah di Desa-desa Bukan Tanggung Jawab Cipta Karya

Sampah di Desa-desa Bukan Tanggung Jawab Cipta Karya

SUMBER - Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Cirebon masih kesulitan untuk menyelesaikan pengangkutan sampah yang menumpuk di beberapa desa. Kepala Seksi Kebersihan Dinas Cipta Karya Tata Ruang Kabupaten Cirebon Herman S mengatakan secara tugas pokok dan fungsi (tupoksi), sebenarnya DCKTR sudah melaksanakan dengan baik. Yakni mengangkut sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Masalah kemudian muncul di beberapa desa dengan menumpuknya sampah-sampah liar akibat tidak adanya sarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Sampah-sampah itu menumpuk di lahan-lahan kosong, pinggir jalan hingga memenuhi saluran air. Untuk itu, Herman memberikan saran bagi pemerintah desa (pemdes) agar wajib mempunyai Tempat Pembuangan Sementara (TPS). \"Tugas kami hanya mengakut sampah dari TPS ke TPA. Artinya sampah-sampah liar yang berada di selokan itu dibersihkan oleh pemerintah desa bersama warganya,\" ungkapnya. Agar tidak timbul kembali sampah liar yang dibuang sembarang itu, pihaknya mempersilakan kepada pemdes untuk berkerjasama dengan DCKTR terkait penyediaan TPS. \"Setelah ada TPS, itu menjadi tugas kami untuk mengangkutnya ke TPA,\" ucapnya. Sebagian besar desa, kata dia, masih belum memiliki TPS. Sehingga tak heran, sampah liar bertebaran di mana-mana. \"Ketika sudah membeludak seperti itu, kemudian mereka meminta dilayani, kami juga memiliki sarana angkutan sampah,\" ucapnya. Gunungan sampah juga terjadi di Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon. Kondisi ini sudah berlangsung berbulan-bulan. Salah seorang warga yang ditemui Radar, Warkija (60) mengatakan sampah tersebut berasal dari warga yang membuang ke tempat tersebut. Lantaran belum ada kendaraan pengangkut, sampah tersebut akhirnya menumpuk di sana. Menurutnya, sampah itu sudah menggunung sekitar tiga bulan yang lalu. \"Sudah lama tidak diangkut,\" ucapnya dengan nada keras. Adanya sampah tersebut, awalnya karena tempat tersebut merupakan salah satu lokasi pembuangan sementara yang diproyeksikan untuk menjadi Bank Sampah. Menurut Warkija, warga membuang sampah ke tempat tersebut setiap hari. Namun karena saat ini kondisinya sudah penuh, akhirnya sampah-sampah pun sudah mulai berserakan. \"Awalnya ditarik Rp10ribu dari warga untuk angkut sampah, cuma tidak jalan,\" sebutnya. Sementara itu, salah seorang Pamong Desa Sitiwinangun, Wastani menyebutkan pihak desa sebenarnya sudah berupaya untuk meminta Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) untuk mengangkut sampah tersebut. Namun, karena kendaraan pengangkut terbatas harus menunggu giliran. \"Sabtu depan juga sudah mulai diangkut,\" katanya. Pihaknya mengaku sudah berupaya maksimal untuk meminta bantuan dinas terkait dalam mengakut sampah tersebut. Pasalnya, sampah tersebut membuat kotor dan juga membuat malu Desa Sitiwinangun. Menurutnya, pihaknya menunggu hingga setengah bulan untuk meminta kendaraan pengangkut sampah, agar mengangkut sampah di Desa Sitiwinangun. \"Itu awalnya pembuangan sampah sementara, saat ini karena sudah penuh ditutup sementara karena tidak mencukupi,\" tuturnya. Perihal sampah, kata dia, selain keterbatasan sarana dan prasarana yang tidak memadai, perilaku masyarakat juga harus berubah, terutama dalam membuang sampah yang sembarangan dan juga mengelola sampah limbah rumah tangga. Dia berharap masyarakat juga bisa semakin sadar agar bisa mengelola sampah limbah rumah tangga dengan cara tiga R, yakni Reduce, Reuse dan Recycle.(jml)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: