Dokter yang Tertipu Ikut Suntikkan Vaksin Palsu ke Anak Cucu

Dokter yang Tertipu Ikut Suntikkan Vaksin Palsu ke Anak Cucu

JAKARTA- Kasus pemalsuan vaksin bayi diprediksi akan menyeret lebih banyak dokter. Tidak hanya tiga dokter, Bareskrim Polri memastikan memang ada informasi bahwa dokter yang berperan sebagai distributor vaksin palsu itu jumlahnya tidak hanya segelintir. Dalam waktu dekat, bisa jadi banyak dokter dan tenaga medis lain yang harus berurusan dengan kepolisian karena kasus tersebut. Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Ditipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Agung Setya menuturkan, memang ada data yang baru diterima Bareskrim soal adanya banyak dokter yang diduga terlibat. Namun, penanganan kasus ini tidak boleh gegabah, sehingga data tersebut perlu diklarifikasi. “Proses penelusuran terus berjalan,” paparnya. Bahkan, memang ada data yang menyebut bahwa sejumlah dokter telah mendistribusikan vaksin palsu dalam waktu yang lama. Lebih lama dari pada dr Indra Sugiarno yang mendistribusikan vaksin palsu sejak Maret 2016. “Kami harus mengacu pada data yang sesungguhnya,” jelasnya ditemui di kantor Bareskrim kemarin. Agung juga angkat bicara soal kemungkinan para dokter itu juga tertipu oleh sales dan produsen vaksin palsu. Menurut Agung, nanti akan dibuktikan satu per satu semua fakta yang ditemukan oleh Bareskrim. “Kalau ditanya, apakah tertipu atau ada unsur kesengajaan, itu semua materi penyidikan. Tunggu di persidangan,” tegasnya. Yang pasti, dalam waktu dekat akan ada sejumlah berkas kasus vaksin palsu yang akan selesai penyidikannya. Targetnya, minggu ini sudah ada berkas kasus yang dilimpahkan ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Hingga saat ini dari 23 tersangka yang ditetapkan Bareskrim, telah ada 20 tersangka yang ditahan. Ada tiga tersangka yang tidak ditahan karena alasan kemanusiaan. “Ada tersangka yang baru memiliki anak dan membutuhkan perawatan,” paparnya. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa memang ada indikasi rumah sakit yang terdaftar membeli vaksin palsu rentan terjadi tindakan kekerasan. Karena itu, selain pengamanan yang perlu diperbaiki, ada langkah lain yang juga ditempuh. ”Ini soal tata cara pengumuman daftar rumah sakit pembeli vaksin palsu,” ujarnya. Jadi, kalau sebelumnya daftar itu langsung diumumkan ke khalayak. Ke depan, Polri perlu untuk berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah (Polda) terlebih dahulu sebelum melakukan pengumuman. ”Biar penjagaan diperketat dulu, baru diumumkan,” terangnya. Sementara kuasa hukum salah satu tersangka kasus vaksin palsu dr Indra Sugianto, Fahmi Rajab menuturkan bahwa sesuai pengakuan dr Indra, sebenarnya banyak dokter lain yang mendistribusikan vaksin palsu ke pasien. ”Namun, semua dokter itu juga tertipu dan tidak mengetahui bahwa vaksinnya palsu,” terangnya ditemui di kantor Bareskrim. Banyaknya, dokter yang menggunakan vaksin dari sales berinisial S itulah yang membuat dr Indra berani untuk membeli vaksin dari tersangka S. ”dr Indra saat membeli vaksin palsu itu sudah menanyakan pada si sales, palsu atau tidak. Salesnya menjawab asli dan bahkan bersumpah demi Tuhan,” ungkapnya. Dia menuturkan, dr Indra yang tertipu itu bahkan juga melakukan vaksinasi pada anaknya yang berinisial B (8), dan cucunya yang berinisial N (4). ”Vaksinasi itu dilakukan pada Juni lalu. Bahkan ada catatan medisnya kalau keduanya divaksin,” terangnya. Indra sendiri mengenal sales S saat ditawari vaksin palsu tersebut pada Januari 2016. Setelah itu, pada Februari, Indra akhirnya memesan 64 botol vaksin. ”Vaksinnya baru diterima pada Maret,” ujarnya.  Mengapa dr Indra membeli vaksin secara langsung? Dia menjelaskan bahwa pada Januari itu terjadi kelangkaan vaksin di Rumah Sakit RS Harapan Bunda. Namun, tidak terlihat adanya niatan rumah sakit tersebut memenuhi kebutuhan vaksin. ”Padahal, pasien dr Indra itu banyak yang meminta untuk vaksinasi. Makanya, dia berinisiatif sendiri,” paparnya. Karena itu, seharusnya rumah sakit yang menaungi dr Indra juga harus diperiksa. Selain karena tidak menyediakan vaksin, rumah sakit juga pengawasannya sangat kurang. ”Botol-botol vaksin palsu itu juga dari rumah sakit kan,” terangnya. Bagian lain, kakak kandung dr Indra, Darmayanti mengaku bahwa adiknya tersebut menyuntikkan vaksin palsu ke anak dan cucunya. “Bagaimana mungkin tega seorang ayah dan kakek itu menyuntikkan racun ke darah dagingnya sendiri,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Karena itulah, dia meminta pada semua pihak agar tidak lagi menghujat dr Indra. ”Dia hanya korban. Jangan diperlakukan seperti penjahat saja,” ujarnya.(jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: