Etnis Tiongkok Berkembang di Abad 15
CIREBON - Kota Cirebon terbentuk sejak abad ke 15 dari sebuah desa tak begitu bermakna. Kesibukkan penduduk pada masa itu hanya memproduksi dan memperjualbelikan hasil laut. Namun seiring dengan perkembangan kota, tatanan kehidupan masyarakat pun kian majemuk. Kepala Disporbudpar Kota Cirebon, Dana Kartiman mengatakan, seiring perkembangan kota, Imigran Tiongkok di abad ke 15 terus berkembang. Karena kemajemukan itulah, orang-orang Tionghoa dan etnis lain pun dapat melanjutkan gaya hidup yang telah mereka warisi di Cirebon. \"Perjalanan sejarah yang panjang itu telah memungkinkan Cirebon memiliki warisan budaya yang gaya dan beragam,\" ujar Dana, kepada Radar, belum lama ini. Menurutnya, perkembangan Hindu Buddha pun akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat. “Saat itu pula, imigran Tiongkok, Arab dan India membentuk komunitas dan mulai berinteraksi,” ujarnya. Lebih lanjut dia mengatakan, ada beberapa kawasan Kota Cirebon yang dilindungi. Di antaranya, kawasan etnis Tiongkok di daerah Pecinan. Sementara dalam bidang kesenian sendiri, ada 136 organisasi pegiat seni pertunjukkan dan upacara adat yang diwadahi dalah even-event besar. Salah satunya adalah Cap Go Meh. \"Warisan budaya ini tidak hanya bermakna secara sosial kultur bagi warga kota. Tapi juga menjadi daya tarik yang dapat dikembangkan menjadi culture heritage tourism,\" paparnya. Dikatakan tema produk wisata budaya di Cirebon sangat banyak, seperti wisata keraton, wisata budaya Tiongkok di makam Sam Cay Kong, Kelenteng Winaon, Viraha Dewi Welas Asih dan Kelenteng Talang. \"Artinya, Kota Cirebon kaya akan aset budaya dan sejarah. Untuk menjaga semua warisan budaya leluhur ini tentunya harus ada keterlibatan pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan dunia usaha secara sinergis dan berkelanjutan,\" pungkasnya (sam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: