BNN Analisa Sumber Narkotika Taiwan  

BNN Analisa Sumber Narkotika Taiwan   

JAKARTA — Badan Narkotika Nasional (BNN) kembali mengungkap kasus penyelundupan narkotika asal Taiwan kemarin (2/8). Seorang warga Taiwan berinisial L ditangkap bersama barang bukti 15 kg sabu dan uang senilai 7.000 USD di kawasan Apartemen Mediterania, Jakarta Barat. BNN sedang menganalisa narcotics signature atau kandungan narkotika untuk mendeteksi sumber narkotika. Ditemui di kantor BNN, Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menuturkan bahwa sabu seberat 15 kg itu berasal dari Tiongkok. Namun, sedang diuji laboratorium untuk mengetahui kandungan narkotikanya. “Dari kandungan ini dapat diketahui banyak hal,” paparnya. Hasil analisa itu nantinya akan menunjukkan kualitas dari sabu tersebut, serta yang paling penting adalah kesamaannya dengan barang bukti narkotika kasus lainnya. Bisa jadi, ada beberapa kasus yang sumber narkotikanya sama. Misalnya, narkotika milik gembong narkotika Freddy Budiman. “Kalau kandungan sama, tentu sumbernya sama,” terangnya. Dengan begitu, dapat diketahui bos besar yang mengirim narkotika tersebut. Sehingga, jaringan pengendar narkotika yang menyasar Indonesia bisa terbaca dengan jelas. “Kita akan lihat sebesar apa sebenarnya jaringan ini,” paparnya. Sementara Kepala BNN Komjen Budi Waseso mengatakan, untuk pengiriman sabu masuk ke Indonesia ini, sedang diselidiki jalurnya. Yang pasti, tersangka mengaku baru sekali memasukkan narkotika ke Indonesia. “Tapi, kalau ke Indonesianya, tersangka sudah enam kali,” ujarnya. Menurut dia, penelusuran dari BNN menunjukkan bahwa pelaku sebelum ke Indonesia pergi dulu ke Singapura. Hal tersebut bisa jadi untuk berkomunikasi dengan jaringannya yang berada di Singapura. “Jaringan internasional ini sedang didalami, apakah ada keterlibatan yang lainnya,” terangnya. Mengapa narkotika dari Tiongkok begitu banyak masuk ke Indonesia? Buwas menjelaskan bahwa sebenarnya di Tiongkok itu terdapat industri rumahan yang membuat narkotika untuk kepentingan medis. “Di Tiongkok mereka didorong untuk memiliki usaha, maka banyak yang bikin narkotika,” jelasnya. Dia menjelaskan bahwa sulit untuk bisa menghentikan masuknya narkotika ke Indonesia. Sebab, pabrik narkotika di Tiongkok itu resmi dan tidak ditujukan untuk mengedarkan secara umum. “Hanya saja ada yang sering menyalahgunakan,” terangnya. Saat ditanya apakah menggunakan narkotika, ternyata tersangka mengaku bukan seorang pecandu. Dia hanya bertugas membawa narkotika itu. “Saya tidak memakai narkotika,” ujarnya tertunduk. untuk mengirimkan narkotika itu masuk ke Indonesia, upah yang didapatkan dari bandar narkotika sekitar 50 ribu dollar Taiwan atau sekitar Rp20 juta. “Saya hanya bekerjasa saja,” kilahnya. (idr)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: