Kata Tetangga, Korban Tidak Pernah Selingkuh
PALASAH - Pihak kepolisian terus mendalami kasus pembacokan warga Blok Rabu RT 01 RW 01, Desa Karamat Kecamatan Palasah oleh suaminya sendiri, Senin (1/8). Aparat kepolisian mendapati keterangan yang ganjil dari pelaku yakni Arbana. Pasalnya, setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), kesaksian warga yang juga tetangga korban berbalik dengan alasan pelaku saat dimintai keterangan. Kapolsek Palasah, AKP H Asep Sumardi SH melalui Kanit Reskrim Aiptu Suwandi SH mengungkapkan, sejumlah saksi mata serta masyarakat sudah dimintai keterangan. Hasilnya jauh berbeda dengan pengakuan pelaku. “Sepengetahuan warga sekitar istri pelaku (Een, red) merupakan perempuan yang baik. Warga mengaku korban belum pernah terlihat membawa laki-laki masuk ke dalam rumahnya, apalagi sampai berhubungan di dalam rumah,” jelasnya, kemarin. Hasil olah TKP di kediaman korban, beberapa bercak darah terlihat di dalam serta di luar rumah. Bekas darah itu sudah ditutupi dengan kapur oleh masyarakat. Pihak kepolisian juga terus mencari golok yang digunakan pelaku saat menganiaya istrinya, sebagai barang bukti. “Di dapur memang ada tangga yang diduga dipakai pelaku saat masuk ke atap (plafon). Pelaku diduga kabur lewat pintu belakang setelah membacok korban. Korban baru bisa ditolong setelah berupaya keluar rumah meski kondisinya luka parah,” terangnya. Sementara itu, tetangga korban Iwan Kartiwan (30) menyatakan kesaksian pelaku saat memberikan keterangan kepada petugas kepolisian adalah keterangan palsu. Sebab warga sekitar belum pernah melihat laki-laki lain masuk ke rumah itu selain adik kandung Een. Apalagi saat Minggu (31/7) atau sehari sebelum kejadian, korban sempat duduk di teras rumah bersama tetangga lainnya. “Selama saya tinggal disini belum pernah melihat Een kedatangan tamu laki-laki seumurannya apalagi sampai menginap di rumahnya. Kalau pelaku bilangnya kejadian perselingkuhan istrinya Minggu (31/7) siang, kan waktu itu bersama warga disini duduk ngerumpi bareng di teras rumahnya,” tegasnya. Sebelum peristiwa penganiayaan itu terjadi, sekitar 04.00 Senin (1/8) pagi dirinya dan warga mendengar cekcok kedua pasangan suami istri itu. Warga menilai bahwa itu merupakan pertikaian rumah tangga biasa. Namun kedua putranya menangis histeris, dan beberapa menit kemudian Een muncul dari pintu samping rumah dengan tubuh berlumur darah dan ambruk seketika. “Mungkin dia (korban) keluar untuk meminta tolong kepada warga. Awalnya kami menilai kalau cekcok itu masalah sepele. Tetapi pas lihat Een ambruk dengan wajah penuh luka bekas sabetan golok, akhirnya kami meminta tolong kepada warga lain,” lanjut Iwan. Adik kandung korban lantas tiba di rumah namun tidak berani masuk, khawatir pelaku masih berada di dalam rumah dan membawa senjata tajam. Akhirnya warga merangsek masuk dengan memecahkan kaca jendela. “Pas di dalam sudah tidak ada pelaku. Kedua anaknya kami amankan dan korban langsung dibawa ke RSUD Cideres setelah memberitahu ke kepolisian,” tambahnya. Kesaksian serupa juga disampaikan Ida (70). Perempuan lanjut usia ini menyatakan kalau Een tidak seperti yang dituduh pelaku. Apalagi sampai memasukkan laki-laki siang hari. “Kalau siang kan saya jualan serabi persis di depan rumah korban. Jadi kalaupun ada laki-laki masuk pasti saya tahu, tapi selama ini tidak ada,” tuturnya. Pihak kepolisian menduga jika motif pembacokan tersebut lantaran Arbana depresi berat, setelah menjalani proses pemeriksaan lakalantas di wilayah hukum Polres Sumedang. Apalagi menurut warga sekitar, pelaku sering menuduh tetangganya sering membicarakan dirinya. Petugas terus mendalami kasus tersebut untuk mengungkap motif pelaku. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: