MotoGP, Motor Yamaha Tak Sesuai Prediksi
SPIELBERG - Memasuki paruh kedua musim MotoGP 2016 sepekan ke depan, pimpinan klasemen pembalap saat ini, Marc Marquez punya keunggulan poin yang cukup membuatnya tenang. Jagoan Repsol Honda itu memimpin 48 poin (170-122) dari rival terdekatnya Jorge Lorenzo (Movistar Yamaha) 48 poin. Namun dengan keyakinan penuh Lorenzo percaya mampu mengejar defisit itu atau bahkan menyalipnya di penghujung musim. Pernyataan Lorenzo itu didasarkan pada statistik dimana perolehan poinnya di paruh kedua musim selalu lebih besar ketimbang Marquez tiga musim terakhir. \'\'Perolehan poinku selalu lebih besar dari Marc di paruh musim kedua sejak dia datang ke MotoGP,\'\' yakin Lorenzo dikutip Motto Matters. Ini yang membuat rider Spaniard itu percaya posisi kompatriotnya itu belum aman betul di puncak klasemen. Memang benar. Sejak jedah musim panas tahun lalu, pada sembilan balapan berikutnya rider berjuluk X-Fuera itu mengumpulkan 161 poin. Berbanding 131 poin yang diraih Marquez. Kemudian pada musim 2014 perolehan poin Lorenzo di sembilan seri terakhir 164 berbanding 131. Dan yang di musim debut Marquez pada 2013 raihan poin Lorenzo 166-138. Tapi apakah sembilan seri terakhir akan cukup untuk mengejar 48 poin? Kembali ke statistik di atas, jawabannya tentu tetaplah sulit. Dari sembilan seri terakhir di kalender balap 2015 hanya ada satu sirkuit berbeda yang bakal hadir musim ini. Yakni Red Bull Ring yang akan berlangsung 14 Agustus nanti menggantikan seri Indianapolis. GP Austria kembali lagi setelah absen selama 19 tahun. Karena itu tak banyak data yang dimiliki tim-tim MotoGP untuk mendapatkan setingan terbaik. Tapi dari uji coba yang berlangsung bulan lalu terlihat bahwa trek dengan hanya sembilan tikungan tersebut cocok dengan karakter motor dengan power besar. Karena itu pula Ducati mendominasi dalam pencapaian satu lap tercepat. Setelah Austria semua sirkuit yang diampiri balapan MotoGP sama dengan musim lalu. Tahun lalu saat Marquez sangat mengeluhkan tingkah motornya yang sulit dikendalikan, rider 23 tahun tersebut mengalami tiga kali retired. Di Silverstone, San Marino, dan yang paling heboh senggolan dengan Rossi di Malaysia. Di saat yang sama Lorenzo selalu finis di podium kecuali di seri Inggris. Lorenzo datang ke musim 2016 dengan persiapan super. Tubuhnya tampak lebih kokoh dan lebih kurus dibandingkan musim lalu. Itu berkat latihan yang dilakukannya sepanjang musim dingin. Dia ingin membuktikan bahwa gelar juaranya 2015 memang layak didapatnya. Bukan karena main curang dan tuduhan negatif lainnya di balik perseteruannya dengan Rossi. Sampai paruh musim pertama satu-satunya kesalahan fatal yang dilakukannya terjadi di GP Argentina. Karena satu lagi DNF-nya terjadi akibat ditabrak rider Ducati Andrea Dovizioso. Dalam sejarah MotoGP hanya segelintir pembalap yang mampu menandingi Lorenzo dalam urusan kecepatan dan presisinya di atas sirkuit. Namun juara dunia tiga kali itu butuh satu hal di atas semuanya: kepercayaan diri di atas motor dan feeling-nya pada ban, khususnya depan. Tanpa itu semua, dia tak bisa cepat di tikungan dan mencapai sudut rebahan yang menjadi ciri khas-nya. Itulah yang kemudian dirasakannya ketika menghadapi balapan flag-to-flag alias basah kering. Feeling-nya rusak. Ditambah lagi tahun ini pemasok ban MotoGP berganti dari Bridgestone ke Michelin. \'\'Dengan Bridgestone aku masih bisa finis keenam atau keempat dalam kondisi hujan,\'\' keluhnya setelah finis ke-15 di Jerman. Dia bahkan sudah hampir menyerah di Assen, juga lantaran tak mendapat feeling sama sekali dengan motornya. Beruntung sejumlah insiden kecelakaan pembalap lainnya mendongkraknya ke posisi 10. Rekan setim Lorenzo, Valentino Rossi mengakui bahwa perubahan pergantian dari Bridgestone ke Michelin ternyata tidak sebesar yang diprediksi sebelumnya. Apalagi Michelin bekerja dengan sangat baik dalam beberapa balapan terakhir dengan inovasi terbaru. Dari tiga rider top saat ini hanya Rossi yang pernah menggunakan ban Michelin sebelum musim ini. \'\'Kami menguji t3-4 kali motor kami dengan ban Michelin tahun lalu. Dan itu membuat kami (Yamaha) khawatir karena kami sangat pelan, seringkali kecelakaan, dan tidak mendapatkan feeling yang bagus dengan ban depan,\'\' ungkapnya. Karena itu, lanjut the Doctor Yamaha mengembangkan motor yang benar-benar berbeda dengan karakter tahun sebelumnya (2015) saat menggunakan Bridgestone. Terutama pada distribusi berat motor dan dengan memindahkan tangki bahan bakar di belakang. \'\'Namun Michelin berubah dengan cepat dan jauh lebih baik seiring waktu berjalan. Khususnya pada ban depan. Sudah hampir menyamai setingan Bridgestone,\'\' paparnya. Karena itu, motor Yamaha menjadi berbeda di beberapa seri terakhir. Dia berharap dalam jeda musim panas, Yamaha menemukan solusi atas persoalan itu semua. (cak)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: