Mark Patrick, Cari Jejak Sejarah Perusahaan Belanda di Cirebon
Indonesia kini menjadi salah satu negara tujuan mahasiswa asing, untuk melakukan ragam penelitian di beberapa bidang ilmu pengetahuan. Salah satunya yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Leiden Belanda. Apa yang ditelitinya? Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon SEJARAH perusahaan Belanda yang pernah berdiri di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi Mark Patrick van de Water. Mahasiswa S3 Universitas Leiden Belanda itu tertantang meneliti perusahaan Belanda yang ada di Indonesia periode 1910-1960. Mark, begitu sapaannya, penasaran dengan perusahaan Belanda yang berdiri di Indonesia pada masa pra kemerdekaan dan pascakemerdekaan itu. \"Ada data yang saya dapat bahwa pada masa itu, income negara Belanda 20 persen dari perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia,\" ujar Mark, saat diskusi bersama beberapa komunitas di Blind Bottle belum lama ini. Riset yang dilakukan Mark untuk mengetahui perusahaan Belanda yang tersebar di Indonesia dimulai sejak 2013. Mendatangi kantor arsip nasional hingga turun ke lapangan dilakoninya. Dalam masa penelitiannya, Mark menemukan beberapa data perusahaan Belanda yang pernah berdiri di Indonesia mulai dari perusahaan timah, gula, rempah-rempah, hingga kopi. Dari risetnya, Mark sudah mendata hingga tahun 2013, ada sekitar 500 perusahaan Belanda yang pernah berdiri di Indonesia. Jumlah itu, belum seluruhnya terdata. Mark mengaku, untuk mengumpulkan data-data perusahaan itu, butuh waktu tiga tahun. \"Terkumpul sekitar 50 ribu foto-foto perusahaan Belanda disini (Indonesia,red). Sudah lebih dari 200 gigabyte untuk mengumpulkan data yang saya butuhkan,\" ceritanya. Ada pengalaman yang membuat Mark betah melakukan riset di Indonesia. Salah satunya saat berkunjung ke eks perusahaan Belanda di daerah penghasil kopi Indonesia, tepatnya di Gayo, Aceh. Mark mengaku suka dengan kopi Indonesia. Menurutnya, dari sekian kopi yang pernah ia coba di berbagai negara, kopi Indonesia paling enak. \"Kopi di negara saya (Belanda,red) itu flat. Kopi Indonesia khas, punya cita rasa yang berbeda,\" ungkapnya. Selain punya pengalaman tentang kopi, Mark mengakui bahwa meneliti di negeri orang memang sulit. Terutama dalam berkomunikasi. Bagi mahasiswa asing, termasuk Mark, kemampuan berkomunikasi lintas budaya di negara tujuan adalah sebuah faktor penting. Mark menceritakan pengalamannya di awal penelitian. Bila mahasiswa bersikap pro-aktif, akan lebih mudah beradaptasi. Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari. Diakuinya, ada mahasiswa lokal yang memandang mahasiswa asing sebelah mata. Tapi banyak juga yang bertoleransi dan terbuka. \"Semua kembali kepada kemauan kita beradaptasi dan berintegrasi,\" bebernya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: