Alumni Lemhanas Kumpul di Cirebon, Cari Jejak Sejarah
Dua kunjungan penting, dua-duanya napak tilas mencari jejak sejarah. Beberapa tempat dikunjungi, salah satunya kompleks Keraton Kasepuhan. Ada sejarah pertahanan dan keamanan (hankam) dan pendiri Ponpes Gontor yang ternyata dari Cirebon. Laporan: Mike Dwi Setiawati & Abdullah, Cirebon NAMA Cirebon sejak awal abad ke-16 mulai dikenal di dunia internasional. Tome Pires, musafir Portugis yang datang ke Nusantara pada awal abad ke-16 mencatat bahwa Cirebon pada saat ia singgahi merupakan kota pelabuhan yang ramai. Nama Curban juga telah ada pada peta dunia yang ditulis oleh Diego Ribeiro pada tahun 1529. Sejarah tersebut yang mendorong para Alumni Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanmas) angkatan 34 tahun 2001 bernapak tilas. Napak tilas itu dilakukan dengan mengunjungi beberapa tempat bersejarah seperti Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. Ketua Rombongan Alumni Lemhanas angkatan 34 tahun 2001, Indarji mengatakan Lemhanas punya jejak sejarah dalam pertahanan keamanan di Cirebon sejak abad ke 16. \"Waktu itu keraton sebagai salah satu tempat bersejarah tetap dipertahankan di bawah kekuasaan dan pengaruh pemerintah Hindia Belanda. Kesultanan itu masih dipertahankan sampai sekarang, sudah lebih dari 600 tahun,\" ujarnya. Dengan kunjungan ini, Indarji berharap para alumni Lemhanas mengingat kembali perjuangan serta upaya pertahanan keamanan yang sudah dilakukan di Cirebon. \"Semoga dengan kunjungan ini tidak lupa dengan terus memantapkan nilai-nilai luhur yang relevan bagi pembangunan karakter bangsa dan mendukung pembangunan nasional,\" harapnya. Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE menyambut baik kedatangan rombongan Alumni Lemhanas angkatan 34 tahun 2001. Sultan menceritakan sejarah Cirebon pada abad ke 16. Dijelaskan, pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten. Karena takut kerajaan sunda hancur maka raja Sunda meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Lalu pada masa Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa, dibuat deh perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, perjanjian itu ditandatangani tahun 1512. \"Cirebon sudah dikenal sejak abad ke 16. Kesultanan Cirebon adalah sebuah kerajaan Islam ternama di Jawa Barat pada abad 16 dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau,\" terangnya. Selepas rombongan alumni Lemhanas, datang berkunjung rombongan Wakil Ketua MPR RI DR H Hidayat Nur Wahid. Kedatangannya diterima langsung Sultan Kasepuhan Sultan Arief Natadiningrat. Hidayat Nur Wahid mengaku kedatangannya ke Keraton Kasepuhan kapasitanya sebagai Wakil Ketua Badan Wakaf Ponpes Modern Darussalam Gontor. Dia menyertai pimpinan Ponpes Modern Gontor melakukan napak tilas menyambut usia ponpes yang ke-90 tahun. Kebetulan, kata Hidayat, asal usul pendiri Ponpes Gontor dari Cirebon. Pria yang akrab disapa HNW ini menjelaskan, dulu Sunan Gunung Jati menekankan tajug, masjid, lan fakir miskin. Penekanan Sunan Gunung Jati itu kemudian menjadi salah satu konsen Ponpes Gontor yang saat sudah memiliki 20 cabang. “Ajaran Sunan Gunung jati masih relevan, karena menghadirkan kedamaian dan tidak menghilangkan jati diri dengan kekhasannya tajug dan fakir miskin,“ tegasnya Sementara pimpinan Ponpes Modern Darussalam Gontor, Raden Hasan Abdullah Sahal mengakui penyebaran Ilmu agama Islam di Indonesia berkembang pesat. Dan itu adanya di pulau Jawa. Lalu, salah satu daerah yang paling berkembang justru di Cirebon. Tidak heran tokoh-tokoh Islam dari Cirebon, termasuk pendiri Ponpes Darussalam Gontor. Senada dikatakan Ketua Ikatan Pelajar Pondok modern Gontor (IKPM) Gontor Cabang Cirebon Sefi K Yaman. Dia menjelaskan, kehadiran HNW dan pimpinan Ponpes Gontor ke Cirebon untuk napak tilas pendiri Ponpes Gontor. “Kita ketahui pendiri Ponpes Gontor adalah keturunan Keraton Kasepuhan yakni RM Hadikusumo Sulaeman Jamal. Dari beliau kemudian menurunkan cucu yang juga pendiri Gontor 1926 yang dikenal dengan Trimurti, yaitu KH Ahmad Sahal, KH Zaenudin Fanani dan KH Imam Zarkasyi. Napak tilasnya ini dalam rangka 90 tahun Pondok Gontor,“ ujarnya. Dikatakan, napak tilas ini untuk mengingatkan kembali bahwa pendiri Ponpes Gontor dari Cirebon. Setelah kunjungan ke Keraton Kasepuhan, rencananya hari ini rombongan akan berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan internal ikatan keluarga Pondok Gontor. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: