Warga Kuningan Mulai Biasakan Diri dengan Rokok Klinting
KUNINGAN-Banyak masyarakat Indonesia yang tidak setuju dengan harga rokok yang akan dinaikkan oleh pemerintah sebesar Rp50 ribu per bungkus. Hal ini juga di keluhkan sebagian masyarakat yang berada di Kabupaten Kuningan. Jika harga rokok Rp 50 ribu per bungkusnya, maka masyarakay akan memilih rokok kretek tradisional yakni dengan cara melinting sendiri. Belum juga kebijakan pemerintah soal harga rokok itu diberlakukan, namun sejumlah warga di Kabupaten Kuningan sudah mulai membiasakan diri melinting tembakau menggunakan kertasi papir dengan sebuah alat. Ini terlihat di kompleks stadion Mashud Wisnusaputra, Selasa (23/8). Sejumlah pedagang kaki lima yang mangkal di kompleks tersebut coba-coba melinting tembakau dengan alat yang baru dibelinya. Di atas bongkahan batu cukup besar di samping masjid, dua pedagang kaki lima, Oboy dan Andi, tampak asyik melinting tembakau. Tidak lama kemudian, satu temannya, mang Ule menghampiri. Di situ terdapat sebungkus tembakau yang mereka beli seharga Rp12 ribu di Pasar Kepuh. Ada pula lembaran kertas papir guna membungkus tembakau yang dibeli seharga Rp3000, beserta lem. Dengan alat pelinting kecil seharga Rp5000, mereka memulai pelintingan rokok. Lantaran belum terbiasa, proses pelintingan selalu gagal. Takaran tembakau yang digulung kertas pahpir kurang tepat sehingga kepadatan rokok kurang sempurna. “Waduh ternyata susah ya membuat rokok. Kita lagi coba-coba membuat rokok sendiri karena harganya nanti akan mahal,” tutur Oboy terkekeh-kekeh lantaran pelintingan rokoknya selalu gagal. Pecandu rokok satu ini mengaku tidak siap untuk berhenti menjadi perokok. Untuk itu, ia belajar membuat rokok sendiri agar kelak bisa tetap ngebul pada saat harga rokok benar-benar naik. Ungkapan Oboy diamini teman-temannya, Andi dan Mang Ule. Mereka juga mengaku belum siap untuk berhenti merokok. “Ya kalau harga rokoknya mahal mah pasti banyak yang beralih ke rokok buatan sendiri atau rokok kolobot. Tapi kalau kolobot sih kelihatannya kurang peminat karena merokoknya kurang enak, panas di bibir, meskipun harga kolobot perbungkusnya cuma Rp1.500,” ungkap Andi. Ketiga pria ini belum ahli dalam melinting rokok. Hingga akhirnya datang menghampiri seorang nenek usia 58 tahun, Nenek Inah. Dengan cekatan, nenek yang sudah bertitel hajah tersebut mampu melinting rokok secara sempurna. Waktu yang dihabiskan untuk menghasilkan sebatang rokok pun tidak sampai satu menit. Rupanya, pecandu rokok sejak usia masih gadis ini sudah terbiasa melinting. “Kalau saya mah sudah terbiasa. Malahan bisa membuat dalam jumlah banyak. Pernah ada yang beli rokok buatan saya, ya saya jual,” tutur nenek bercucu enam itu. Sambil melinting rokok, di bibir perempuan yang sudah ke Makkah berkali-kali saat menjadi TKI tersebut, menempel sebatang rokok filter. Ia masih menghisap rokok yang dibeli di warung lantaran harganya belum naik. “Mumpung harganya belum naik, saya masih beli. Nanti kalau sudah naik mah, pasti merokok lintingan sendiri,” ujar pedagang gorengan yang juga mangkal di kompleks stadion mashud itu. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: