Tidak Mau Lari Saat Ada Razia, Dede Geboy: Kalau Kena Paku Gimana?

Tidak Mau Lari Saat Ada Razia, Dede Geboy: Kalau Kena Paku Gimana?

CIREBON – Mental Dede “Geboy” (45) terbilang cukup berani. Dia tak sedikitpun beranjak dari tempat duduknya meskipun puluhan anggota Satpol PP Kota Cirebon berlarian ke arahnya, Minggu (28/8). Dede pun tampak kooperatif. Ia menurut saja bak kerbau dicokok hidungnya saat petugas menggiringnya ke mobil Satpol PP. Rupanya sudah sekitar 10 kali ia terjaring razia serupa. “Ngapain saya lari-lari, orang saya bukan maling kok. Lagian kalau kena paku, kena pecahan beling, ketabrak motor, siapa yang nanggung? Nanti malah bikin repot,” ujar Dede. Waria berkulit eksotis yang saat ditangkap mengenakan setelan rokmini dan cardigan dengan belahan dada rendah tersebut mengaku berasal dari Banten. Sudah puluhan tahun ia tinggal dan mencari nafkah di Cirebon. Di kota inilah ia pun kemudian menikah dan punya seorang anak. “Saya punya keluarga, kalau siang kerja kadang di salon, kadang terima orderan manggung juga. Gini-gini saya bisa nyanyi juga loh. Dede Geboy nama panggung saya,” ungkapnya. Meskipun kerap mangkal di jalan, ia mengaku rutin menjaga kesehatan, tiga bulan sekali ia pun mengaku memeriksakan diri sampai dengan diambil sampel darahnya. Bahkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia selalu membekali diri dengan membawa pengaman (kondom, red) di dalam tasnya. “Kalau kita beda dengan PSK. Kalau mereka malam mangkal siangnya tidur. Kalau kita siangnya kerja, rata-rata di salon,” tuturnya. Dede mengaku sudah mangkal di jalanan sedari usia belasan tahun. Ia yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas tiga SD memang sudah merasakan berbeda dari teman-teman sebayanya saat itu. “Sudah lama juga, sudah puluhan tahun, kalau dihitung ya sudah ratusan pria yang tidur sama saya. Dihitung saja, semalam paling banyak pernah sampai 10 orang, sepi-sepinya 2 orang sampai tiga orang. Sekarang saja selain punya istri saya punya pacar laki-laki, tapi saya gak suka yang muda,” terangnya. Untuk sekali kencan, Dede tidak mematok tarif tinggi, sebelum berkencan ia biasanya sempatkan ngobrol dengan pelanggan untuk mengetahui calon pelanggannya tersebut bersih, sehat atau tidak. “Paling murah Rp20 ribu, rata-rata 50 ribu. Dulu waktu masih muda sih bisa sampai Rp300 ribu sekali kencan,” katanya. Namun demikian, perjalanan hidup Dede bukan tanpa tujuan, ia berencana mengakhiri karir profesionalnya tersebut tahun depan berniat pulang ke Banten. “Hakikat kita kan lahir, khitan dan menikah lalu punya anak. Tugas itu sudah saya lakukan semua. Istri saya juga menerima kondisi saya. Tahun depan mau pulang ke Banten, kangen keluarga, rencana nanti tinggal di sana,” bebernya. Sementara itu, Kasie PPNS Satpol PP Kota Cirebon Drs Ahmad Nadirin mengatakan pihaknya akan mendata dan memberikan pembinaan terhadap Dede agar ke depannya bisa kembali menjadi bagian dari masyarakat dan tidak lagi mangkal di jalan. “Ini kita bina, kita kasih gambaran bahaya dan risikonya. Mudah-mudahan bisa insyaf dan gak lagi mangkal di jalan,” pungkasnya. (dri)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: