Pengunjung Borobudur-Prambanan Akan Dibatasi
JAKARTA – Pengembangan destinasi pariwisata masih banyak yang salah arah. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) melontarkan kritik pada pariwisata yang hanya mengandalkan atraksi budaya, karena tidak akan bisa menarik banyak wisatawan terutama dari luar negeri. JK menuturkan atraksi budaya memang menarik. Tapi sekali turis melihat sudah cukup. Mereka sangat mungkin tidak ingin menyaksikan kali kedua. Sehingga, potensi untuk mendatangkan wisatawan itu tidak bisa berulang kali. “Budaya hanya sekali orang mau lihat,” ungkap JK di hadapan peserta pendidikan dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Istana Wakil Presiden, kemarin (30/8). JK yang punya latar belakang pengusaha itu menuturkan semestinya yang dijadikan andalan wisata itu adalah keindahan alam, keramahan penduduk, dan akomodasi yang memadai. Konsep pengembangan itu selama ini diterapkan di Bali. Orang bisa berkali-kali ke Bali untuk menikmati suasananya. Berbeda dengan daerah lain, Borobudur yang dekat Jogjakarta misalnya. “Saya cuma sekali (ke Borobudur, red) 30 tahun yang lalu. kemarin saya ke Jogja tidak ke Borobudur lagi karena saya sudah lihat,” tambah dia. JK mengungkapkan beberapa daerah sudah mulai berubah dan menerapkan konsep wisata yang menawarkan keindahan, misalnya Tanatoraja. Dulu hanya mengenalkan wisata melihat kuburan dan pemotongan kerbau. Bagi turis asing itu bisa dianggap menakutkan. “Tapi sekarang berubah, ada wisata memandang ke puncak awan. Seperti berjalan di atas awan,” ujar dia. Sementara rendahnya kesadaran masyarakat atas warisan budaya disikapi secara nyata oleh pemerintah. Kemendikbud akan segera memberlakukan aturan ketat bagi pengunjung world heritage (warisan budaya dunia). Diantara empat warisan budaya benda yang dimiliki Indonesia, candi Borobudur dan Prambanan akan menjadi prioritas pengetatan aturan itu. Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud Nadjamudin Ramly mengatakan, pihaknya akan menerapkan pembatasan jumlah pengunjung yang masuk ke zona 1 Borobudur-Prambanan. Konsepnya, kata dia, para pengunjung tersebut bakal diatur secara bergiliran sesuai dengan kapasitas bangunan candi. “Beban yang dipikul Borobudur semakin berat, para arkeolog khawatir dengan penurunan tanah (penopang Borobudur, red),” ujar Ramly usai memperingati 25 tahun ditetapkannya Borobudur-Prambanan sebagai situs warisan dunia UNESCO di Kemendikbud, kemarin (30/8). Pengetatan aturan itu juga untuk memudahkan pengawasan pengunjung nakal. Ramly mengakui tingginya jumlah pengunjung Borobudur-Prambanan menjadi penyebab sulitnya pengawasan. Kondisi itu pula yang menyebabkan maraknya pelanggaran di area zona utama candi. Baik itu dilakukan secara sengaja atau akibat rendahnya tingkat kesadaran pengunjung atas warisan budaya. Kondisi itu juga terjadi di warisan dunia benda lainnya. “Karena itu diketatkan aturan, kalau yang naik 100 harus turun 100, setelah itu baru giliran yang lain,” paparnya. Tidak hanya fokus pada recovery bangunan dan peraturan kunjungan, pihaknya juga terus melakukan kampanye mencintai warisan budaya. Kali ini, Kemendikbud menyasar anak muda untuk bergabung dalam program Love or Lost (LoL). “Program ini untuk membangun cinta anak muda, khususnya SMA, pada warisan dunia,” terangnya. (jun/tyo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: