Komunitas Saung Eurih Majalengka Dipantau Menteri KLH
MAJALENGKA – Aktivitas komunitas Saung Eurih Kelurahan Cicurug Kecamatan Majalengka, mendapat perhatian dan apresiasi dari tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Ketua komunitas Saung Eurih, Eman Kardiman menyebutkan Kamis (1/9) lalu Komunitas Saung Eurih mendapat Kunjungan tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang didampingi tim dari BPLH Provinsi Jawa Barat, dan Kabid BPLH Kabupaten Majalengka H Mahmud. Menurut Eman, kunjungan itu dalam rangka verifikasi program kampung iklim (proklim) menindaklanjuti verifikasi yang telah dilakukan tahun 2013 lalu. “Ternyata keberadaan Komunitas Saung Eurih terus dipantau Kementerian Lingkungan Hidup, dan dianggap terus melakukan aktivitas yang positif dan maju,” tutur Eman saat dikonfirmasi Radar, kemarin (8/9). Komuitas Saung Eurih dipilih menjadi duta Kabupaten Majalengka untuk proklim tahun 2016. Padahal, selama ini, komunitasnya bekerja apa adanya seperti air mengalir tanpa berharap terlalu jauh. Pihaknya memiliki obsesi menjadikan kawasan Margatapa di sekitar Saung Eurih menjadi destinasi wisata edukasi, wisata alam, dan wisata religi. Kawasan Saung Eurih layak dijadikan sebagai destinasi wisata edukasi, karena di Saung Eurih ada pengolahan sampah dan tanaman hidroponik yang kini sudah banyak mendapat kunjungan dari anak-anak sekolah. Sebagai wisata religi, karena di lokasi tersebut ada kompleks Makam Pangeran Muhamad yang banyak dikunjungi peziarah. “Belum lama ini ada ratusan peziarah dari Cirebon dengan membawa 5 bus yang datang ke komplek Pangeran Muhamad untuk berziarah, dan ini perlu penanganan pihak terkait dan masyarakat sekitar agar bisa ditata dan dikelola dengan lebih baik,” tutur Eman. Sementara niat menjadikan kawasan Margatapa menjadi wisata alam, karena kawasan tersebut memiliki keindahan dan panorama alam yang menarik dan masih memiliki hewan langka seperti ayam hutan yang nyaris punah. “Di kawasan Gunung Margatapa ini masih berkeliaran bebas ayam hutan dan landak yang kini sudah jarang ditemui di kawasan hutan lainnya,” beber dia. (ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: