Banyak Jamaah Tersesat Usai Lempar Jumrah
MAKKAH– Hari pertama pasca pelaksanaan wukuf kemarin, kepadatan memenuhi jalan-jalan yang menghubungkan kawasan Mina dengan Jamarat (tempat melempar jumrah). Tak ada sarana transportasi yang bisa mengakses kawasan tersebut. Jamaah Indonesia pun banyak tersesat setelah melempar jumrah dan hendak kembali ke maktab masing-masing. Contohnya yang dialami Mussaji Sahiman Atmo. Jamaah berusia 71 tahun itu kemarin tampak kebingungan setelah keluar dari terowongan King Fhad. Dia mengaku tersesat saat hendak kembali ke maktab di Mina dan akhirnya terdampar di Kantor Urusan Haji Indonesia (KUH) Daerah Kerja Makkah. “Semalam saya dari Muzdalifah untuk mabit (menginap) ambil batu. Setelah istirahat sebentar, saya ke Jamarat untuk lempar jumrah. Sekarang bingung,” ujar jamaah ibadah haji khusus asal Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kaltim, itu. KUH Indonesia Daker Makkah memang berdekatan dengan mulut terowongan King Fahd. Kemarin, jalan besar di depan KUH ibarat terminal bus. Sebab, di depan terowongan yang berhubungan langsung dengan kawasan Jamarat itulah batas akhir bagi kendaraan yang mengantar jamaah. Ratusan jamaah dari berbagai negara banyak yang beristirahat, menggelar tikar di taman-taman jalan yang masuk kawasan Syisah itu. Musaji kemarin juga berada di kerumunan jamaah sebelum akhirnya diantar masuk ke KUH. Kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group) pria yang mengenakan kalung identitas bertuliskan NRA Group Tour and Travel itu mengaku bingung lantaran dia terpisah dari rombongan saat pulang dari Jamarat. Di tengah jalan, dia bertemu dengan kepadatan rombongan jamaah dari negara lain. Jamaah yang mengaku membayar Rp110 juta untuk berangkat haji itu akhirnya diarahkan ke KUH oleh petugas kepolisian Arab Saudi yang berjaga di depan terowongan. “Bapak-bapak dan ibu-ibu, tolong bersabar di sini. Istirahat dulu dan banyak berzikir. Nanti akan dipandu petugas untuk kembali ke maktab masing-masing,” ujar Kasubdit Bina Petugas Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Khoirizi kepada para jamaah kemarin tersesat dan akhirnya beristirahat di KUH kemarin. Sejatinya PPIH sudah menetapkan waktu larangan melempar jumrah untuk jamaah Indonesia sesuai dengan ketentuan dari pemerintah Arab Saudi. Untuk 12 September kemarin, larangan waktunya adalah pukul 06.00 sampai pada pukul 10.30. Sementara hari ini (13/9), jamaah dilarang melempar jumrah pada pukul 14.00 hingga pukul 18.00. Sementara untuk besok (14.9), waktu yang dilarang adalah pada pukul 10.30 sampai pukul 14.00. Jam larangan itu sebenarnya merupakan waktu yang diyakini paling afdal untuk melempar jumrah. Setiap tahun, jamaah dari berbagai negara berebut menuju jamarot pada jam tersebut. Dengan pertimbangan keselamatan, jamaah haji dari Indonesia yang rata-rata lanjut usia dan risiko tinggi diminta memilih waktu paling aman. Larangan waktu itu sudah disosialisasikan kepada seluruh petugas kloter. Termasuk kemarin, jamaah juga disarankan melempar jumrah setelah waktu larangan. Sebab, jamaah dari berbagai negara sudah berangkat ke Jamarat sejak dini hari. Namun banyak jamaah yang memaksa memilih waktu pagi sebelum jam larangan. Akibatnya mereka bertemu dengan kepadatan jamaah dari berbagai negara lain, dan tersesat saat hendak kembali ke maktab masing-masing di Mina. Kondisi itu juga dialami Muharis Muhrim Dukarim. Jamaah yang juga berusia 71 tahun itu mengaku berangkat dari Muzdalifah ke Mina pada pukul 02.00. Setelah melempar jumrah, dia berusaha menuju Masjidil Haram untuk melakukan thawaf Ifadah. Namun dia terpisah dari rombongan dan akhirnya diarahkan ke kantor KUH. ”Kalau berangkatnya gampang. Pulangnya saya terpisah dan bingung,” papar jamaah yang tergabung dengan kloter 2 embarkasi Lombok, NTB, tersebut. Kondisi lebih parah terjadi pada jamaah bernama Surateman. Sekitar pukul 10.00, jamah asal Kediri itu terbaring di bawah fly over yang jaraknya sekitar 500 meter dari terowongan King Fahd. “Saya tidak kuat lagi jalan kaki. Naik ojek kursi roda malah diturunkan di sini,” ujar pria kelahiran 1950 itu. Surateman mengaku sudah habis 400 riyal (Rp1.400.000) untuk membayar ojek kursi roda yang mengantarnya kembali ke Maktab. Lantaran lupa nomor maktabnya di Mina, pendorong kursi roda itu menurunkannya di kerumunan jamaah dari berbagai Negara yang sedang beristirahat di bawah fly over. Surateman akhirnya diantar seorang mukimin menuju kantor KUH. Hingga kemarin siang Waktu Arab Saudi, jamaah yang ”terdampar” di KUH Daker Makkah sekitar 25 orang. Mereka beristirahat di karpet-karpaet yang sengaja digelar petugas untuk jamaah beristirahat. Kepada para jamaah yang rata-rata sudah berusia lanjut itu, Khoirizi meminta agar tidak memaksakan diri melempar jumrah sendiri. Apalagi jika berangkatnya sudah terlalu mepet dengan jam larangan. “Kalau tidak mampu, lebih baik diwakilkan. Ini demi keselamatan bapak-bapak dan ibu-ibu,” ujarnya. (fat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: