New Priok Siap Bersaing dengan Pelabuhan Singapura
JAKARTA – Presiden Joko Widodo meresmikan terminal petikemas Kalibaru atau New Priok Container Terminal 1 (NPCT 1) di Pelabuhan Tanjung Priok, hari ini (13/9). Terminal tersebut diproyeksikan untuk mengawali era pengelolaan pelabuhan modern di Indonesia. “Kita harus berkompetisi dengan negara tetangga (Singapura, Red),” kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi saat meninjau NPCT 1, Selasa (13/9). Terminal yang dikembangkan PT Pelindo (Persero) tersebut sudah beberapa kali diuji coba beroperasi. Baik itu pelayaran domestik maupun internasional. Uji coba pelayaran internasional dilaksanakan dengan mendatangkan kapal Sinar Sumba Voy 400 (Samudera Indonesia Shipping Line) dengan GRT (gross register tonnage) 18 ribu ton pada Mei. Sedangkan uji coba pelayaran domestik dilaksanakan Januari yang melayani MV Selat Mas dengan GRT 14 ribu ton. Budi mengatakan, peresmian pengoperasian NPCT 1 merupakan upaya pemerintah melegitimasi Tanjung Priok sebagai pelabuhan petikemas yang akan bersaing dengan pelabuhan kelas dunia milik Singapura. Saat ini, pelabuhan negara tetangga tersebut merupakan yang terbesar untuk kawasan ASEAN. “Jumlah penduduk banyak, wilayahnya luas, ironis sekali kalau tidak menjadi besar sebenarnya,” ungkapnya. Kehadiran NPCT ditargetkan merebut pasar bisnis bongkar muat petikemas, baik impor maupun ekspor, yang selama ini ditangani Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Petikemas Koja (TPK). Kedua terminal tersebut sama-sama dibawah pengelolaan PT Pelindo. Di tempat yang sama, Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya menjelaskan NPCT 1 ditargetkan mampu menerima kapal besar diatas 10.000 DWT (deadweight tonnage) dan diatas 10.000 TEUs (twenty-foot equivalent unit). NPCT juga dilengkapi dengan peralatan canggih standar internasional. Mula dari container super post panamax, mobile tractor, dan reach stacker. Pengamat Pelabuhan Ajiph Razifwan Anwar menilai bahwa upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan Tanjung Priok harus disertai dengan kebijakan yang tepat, jika ingin Tanjung Priok bisa menarik kapal dengan kapasitas 10 ribu ton ke atas. “Kapal besar tidak akan tertarik untuk mampir ke pelabuhan jika mereka kembali tak membawa barang yang besar,” ungkapnya. Dia mencontohkan, kapal yang bisa mengangkut kargo sebanyak 10 ribu teus dan 18 ribu teus. Untuk meraih profit, mereka harus kembali mengangkut 30 persen dari total kapasitas mereka. “Artinya mereka kembali harus memuat 3 ribu – 6 ribu teus,” ungkapnya. Hal tersebut hanya bisa terjadi jika pelabuhan hub internasional hanya berjumlah dua. Dengan begitu, semua pengiriman kargo akan berpusat di dua pelabuhan itu saja dan pengiriman akan lebih banyak. “Yang saat ini cocok ya memang Tanjung Priok dan Tanjung Perak karena infrastruktur mereka sudah dari dulu unggul,” jelasnya. Namun, dia melihat ada beberapa program pemerintah yang mengacaukan hal tersebut. Misalnya, rencana pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bitung di era SBY. Atau rencana pengembangan Pelabuhan Cimalaya, Karawang. Hal tersebut justru bisa membuat arus barang dari dua pelabuhan besar itu semakin kecil. (tyo/bil)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: